Senin, 01 Oktober 2018

Makalah Hormon Insulin


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
       Peradaban manusia semakin lama semakin berkembang. Dengan berkembangnya pemikiran manusia maka manusia berusaha bagaimana caranya agar apa yang saat ini kita inginkan terbatas untuk diperbaharui kedepannya. Masyarakat semakin sadar akan pentingnya perilaku kehidupan yang sehat. Masyarakat semakin meningkat perhatiannya terhadap penyakit yang tidak menular. Hal ini dikarenakan semakin meningkatnya frekuensi kejadian penyakit tersebut di masyarakat. Dari sepuluh penyebab utama kematian salah satunya adalah penyakit diabetes mellitus (DM) yang merupakan jenis penyakit tidak menular, keadaan ini terjadi baik di negara maju maupun negara berkembang maupun Negara dengan ekonomi rendah. Hal ini disebabkan adanya perkembangan sosioekonomi dan kultural bangsa sehingga dunia dituntut untuk memberikan perhatian yang lebih kepada penyakit tidak menular, yang sudah mulai meningkat sesuai dengan perkembangan masyarakat. Oleh karena ini masyarakat perlu diberikan pengetahuan tentang penyakit tidak menular dengan melihat kencenderungan semakin meningkatnya prevalensi penyakit tidak menular dalam masyarakat, termasuk kalangan masyarakat Indonesia.
        Nah, dari pemikiran inilah manusia mulai melakukan eksperimen tentang hal-hal yang mereka inginkan termasuk dalam hal bioteknologi. Dahulu, sebelum ditemukannya sintesis insulin (hasil bioteknologi teknik plasmid) bagi mereka yang terkena penyakit kencing manis (diabetes militus)  pupus harapan untuk hidupnya. Namun dengan ditemukannya teknik plasmid untuk memperoleh insulin yang berfungsi untuk mengatur gula darah pada manusia, mereka yang terkena penyakit diabetes tetap punya harapan hidup meskipun harus memanfaatkan insulin buatan secara rutin.
      Sebelum ditemukan teknik sintesis insulin, hormon ini hanya bisa diperoleh dari ekstraksi pankreas babi atau sapi, dan sangat sedikit insulin bisa diperoleh. Setelah ditemukan teknik sintesis insulin di bidang bioteknologi inilah, harga insulin bisa ditekan dengan sangat drastis sehingga bisa membantu para penderita diabetes melitus.
     Sintesis insulin dapat diperoleh dengan bantuan bakteri yang biasa terdapat di usus besar, yaitu Escherichia coli. Teknologi dasar proses ini disebut dengan teknologi plasmid. Kekurangan insulin disebabkan karena cacat genetik pada pankreas, menyebabkan seseorang menderita diabetes melitus (kencing manis) yang berdampak sangat luas terhadap kesehatan, mulai kebutaan hingga impotensi. Insulin sendiri merupakan hormon yang mengubah glukosa menjadi glikogen, dan berfungsi mengatur kadar gula darah bersama hormone glukagon.
B.     Tujuan Penulisan
      Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini antara lain adalah :
1.      Untuk mengetahui sejarah dari insulin.
2.      Untuk mengetahui deskripsi insulin tersebut.
3.      Untuk mengetahui pembuatan insulin oleh bakteri.
4.      Untuk mengetahui kegunaan insulin untuk pengobatan diabetes militus.
C.    Manfaat Penulisan
      Adapun manfaat dari pembuatan makalah ini antara lain adalah :
1.      Agar dapat mengetahui sejarah dari insulin.
2.      Agar dapat mengetahui deskripsi insulin tersebut.
3.      Agar dapat mengetahui pembuatan insulin oleh bakteri.
4.      Agar dapat mengetahui kegunaan insulin untuk pengobatan diabetes militus.









BAB II
PEMBAHASAN


A.    Sejarah Penemuaan Insulin
        Insulin pertama kali di ekstraksi dari jaringan pankreas anjing pada tahun 1921 oleh para ahli fisiologi asal kanada Sir Federick Glant Banting dan Charles Hebert Best serta ahli fisiologi asal Inggris John James Richard Macleod. Seorang ahli boikimia James Betram Collip kemudian memproduksi dengan tingkat kemurnian yang cukup baik untuk digunakan sebagai obat pada manusia. Pada tahun 1965 insulin manusia telah berhasil disintesis secara kimia. Insulin merupakan protein manusia pertama yang disintesis secara kimia.
        Secara tradisional, insulin untuk pengobatan pada manusia diisolasi dari pankreas sapi atau babi. Walaupun insulin hewan secara umum cukup memuaskan tetapi untuk penggunaan pada manusia dapat menimbulkan dua masalah. Pertama, adanya perbedaan kecil dalam asam amino penyusunnya yang dapat menimbulkan efek samping berupa alergi pada beberapa penderita. Kedua, prosedur pemurnian sulit dan cemaran berbahaya asal hewan tidak selalu dapat dihilangkan secara sempurna.
         Pada tahun 1978 insulin menjadi protein manusia pertama yang diproduksi melalui bioteknologi. Sebuah tim peneliti dari City of Hope National Medical Center dan perusahaan bioteknologi Genentech masih muda berhasil mensintesis insulin manusia di laboratorium menggunakan proses yang bisa menghasilkan jumlah besar. Pada tahun 1981 telah terjadi perbaikan secara berarti cara produksi insulin melalui rekayasa genetika. Insulin yang diperoleh dengan cara ini mempunyai struktur mirip dengan insulin manusia. Melalui teknologi DNA rekombinan, insulin diproduksi menggunakan sel mikroba yang tidak patogen. Karena kedua hal tersebut di atas, insulin hasil rekayasa genetika ini mempunyai efek samping yang relatif sangat  rendah dibandingkan dengan insulin yang diperoleh dari ekstrak pankreas hewan, tidak menimbulkan efek alergi serta tidak mengandung kontaminan berbahaya (Saepudin, 2010).
         Tabel 1. Perbedaan susunan asam amino pada insulin manusia, babi (pork), dan sapi (beef).
Spesies
A8
A10
B28
B29
B30
Manusia
Thr
Ile
Pro
Lys
Thr
Babi
Thr
Ile
Pro
Lys
Ala
Sapi
Ala
Val
Pro
Lys
Ala
        
          Insulin manusia dan insulin babi hanya beda 1 asam amino yaitu pada B30,sedangkan insulin manusia dan insulin sapi beda 3 asam amino yaitu pada A8, A10, B30, sehingga pemakain insulin babi kurang imunogenik dibandingkan insulin sapi. Tapi masalahnya, 1 babi yang diekstraksi insulinnya hanya cukup untuk 1 orang selam 3 hari padahal saat ini ada ± 60 juta orang didunia yang menderita diabetes tergantung insulin dan meningkat 5-6 % pertahunnya. Maka dari itu sekarang banyak dikembangkan teknologi recombinan untuk mendapatkan insulin. Faktor-faktor ini menyebabkan peneliti mempertimbangkan untuk membuat Humulin dengan memasukkan gen insulin ke dalam vektor yang cocok, yaitu sel bakteri E. coli, untuk memproduksi insulin yang secara kimia identik dan dapat secara alami diproduksi. Hal ini telah dicapai dengan menggunakan teknologi DNA rekombinan Gen insulin manusia dari pulau Langerhans diambil,kemudian disambungkan ke dalam pasmid bakteri,membentuk kimera (DNA recombinasi). Kimera itu dimasukkan ke dalam sel target E.coli. bakteri E.coli ini dikultur,untuk dikembangkan (Banjarnahor, 2012).
         Karakteristik bakteri yang menjadi organisme pilihan untuk memproduksi insulin memiliki keunggulan-keunggulan sebagai berikut:
1.         Memiliki rentang umur pendek ,
2.         Jumlah generasi yang banyak,
3.         Susunan genetik bakteri yang lebih mudah dimodifikasi,
4.         Lingkungan luar bekteri dapat dengan mudah dimodifikasi untuk mempengaruhi ekspresi gen,
5.         Menghasilkan produk,hampir mendekati yang kita inginkan (menyerupai insulin yang dihasilkan sel β-pankreas), dan
6.         Lebih ekonomis
 Pada proses penyisipan gen diperlukan tiga faktor utama yaitu:
1.      Vektor,yaitu pembawa gen asing yang akan disisikan,biasanya berupa plasmid,yaitu lingkaran kecil DNA yang terdapat pada bakteri. Plasmid diambil dari bakteri dan disisipi dengan gen asing.
2.      Bakteri, berperan dalam memperbanyak plasmid. Plasmid di dalam tubuh bakteri akan mengalami replikasi atau memperbanyak diri, makin banyak plasmid yang direplikasi makin banyak pula gen asing yang dicopy sehingga terjadi cloning gen.
3.       Enzim, berperan untuk memotong dan menyambung plasmid. Enzim in disebut enzim endonulease retriksi, enzim endonuklease retriksi yaitu enzim endonuklease yang dapat memotong DNA pada posisi dengan urutan basa nitrogen tertentu (Tjahjoleksono, 2012).
B.     Deskripsi Insulin
Insulin merupakan hormon alami yang dikeluarkan oleh pankreas. Insulin dibutuhkan oleh sel tubuh untuk mengubah dan menggunakan glukosa darah (gula darah), dari glukosa, sel membuat energi yang dibutuhkan untuk menjalankan fungsinya. Insulin adalah protein kecil sederhana yang terdiri dari 51 asam amino, 30 di antaranya merupakan satu rantai polipeptida, dan 21 lainnya yang membentuk rantai kedua. Kedua rantai dihubungkan oleh ikatan disulfida. Kode genetik untuk insulin ditemukan dalam DNA di bagian atas lengan pendek dari kromosom kesebelas yang berisi 153 basa nitrogen (63 dalam rantai A dan 90 dalam rantai B). DNA yang membentuk kromosom, terdiri dari dua heliks terjalin yang dibentuk dari rantai nukleotida, masing-masing terdiri dari gula deoksiribosa, fosfat dan nitrogen. Ada empat basa nitrogen yang berbeda yaitu adenin, timin, sitosin dan guanin. Sintesis protein tertentu seperti insulin ditentukan oleh urutan dasar tersebut yang diulang (Rismayanthi, 2010).
Gambar 1. Struktur Insulin

Insulin adalah suatu hormon polipeptida yang diproduksi dalam sel-sel β kelenjar Langerhaens pankreas.Insulin berperan penting dalam regulasi kadar gula darah (kadar gula drah dijaga 3,5-8,0 mmol/liter). Hormon insulin yang diproduksi oleh tubuh kita dikenal sebagai sebutan insulin endogen. Namun, ketika kelenjar pankreas mengalami gangguan sekresi guna memproduksi hormon insulin, disaat inilah tubuh membutuhkan hormon insulin dari luar tubuh,dapat berupa obat buatan manusia yang dikenal sebagai sebutan insulin eksogen.Kekurangan insulin dapat menyebabkan penyakit seperti diabetes militus tergantung insulin(diabetes tipe 1). Insulin terdiri dari 51 asam amino. Molekul insulin disusun oleh 2 rantai polipepttida A dan B yang dihubungkan dengan ikatan disulfida. Rantai A terdiri dari 21 asam amino dan rantai B terdiri dari 30 asam amino (Gustia, 2012).
Menurut Rismayanthi, (2010), terdapat banyak bentuk insulin. Insulin diklasifikasikan berdasarkan dari berapa cepat insulin mulai bekerja dan berapa lama insulin bekerja. Tipe insulin terdiri atas:
1.      Aksi cepat {rapid acting)
2.      Aksi pendek {short acting)
3.      Aksi menengah {intermediate acting)
4.      Aksi lama {long-acting)
5.      Campuran {Pre-mixed)
      Pemilihan tipe insulin terganmng pada beberapa faktor, yaitu:
1.      Respon tubuh individu terhadap insulin (berapa lama menyerap insulin ke dalam tubuh dan tetap aktif di dalam mbuh sangat bcrvariasi dari setiap individu).
2.      Pilihan gaya hidup, seperti: jenis makanan, berapa banyak konsumsi alkohol, berapa sering berolahraga, yang semuanya mempengaruhi tubuh untuk merespon insulin.
3.      Berapa banyak suntikan per hari yang ingin dilakukan.
4.      Berapa sering melakukan pengecekan kadar gula darah.
5.      Usia.
6.      Target pengaturan gula darah (Rismayanthi, 2010).
    Tabel 2. Macam-Macam Insulin dan Cara Kerja dalam Tubuh, dalam Rismayanthi, (2010).
Description: C:\Users\Lenovo\Music\in.JPG


C.    Pembuatan Insulin dengan Starter Bakteri
 Proses pembuatan insulin dengan teknik DNA recombinan adalah sebagai berikut:
1.      Mengidentifikasi dan mengisolasi gen penghasil insulin dari sel pancreas manusia:
a.       Mula-mula mRNA yang telah disalin dari gen penghasil insulin diekstrak dari sel pancreas.Kemudian enzim transcriptase ditambahkan pada mRNA bersamaan dengan nukleotida penyusun DNA.
b.      Enzim ini menggunakan mRNA sebagai cetekan untuk membentuk DNA berantai tunggal.
c.       DNA ini kemudian dilepaskan dari mRNA.
d.      Enzim DNA polymirase digunakan untuk melengkapi DNA rantai tunggal menjadi ranati ganda,disebut DNA komplementer (c- DNA), yang merupakan gen penghasil insulin.
2.      Melepaskan salinan gen penghasil insulin tersebut dengan cara memotong kromosom secara khusus menggunakan enzim retrikasi.
3.      Mengekstrak plasmid dari sel bakteri, kemudian membuka plasmid dari sel bakteri dengan menngunakan enzim retrikasi lain. Sementara itu, di dalam serangkain tabung reaksi atau cawan petri, gen penghasil insulin manusia (dalam bentuk c- DNA disiapkan untuk dipasangkan pada plasmid yang terbuka tersebut.
4.      Memasang gen penghasil insulin kedalam cincin plasmid. Mula-mula ikatan yang terjadi masih lemah, kemudian enzim DNA ligase memperkuat ikatan ini sehingga dihasilkan molekul DNA recombinan/plasmid recombinan yang bagus.
5.      Memasukkan plasmid recombinan kedalam bakteri E.coli.Di dalam sel bakteri ini plasmid mengadakan replikasi
6.      Mengultur bakteri E.coli yang akan berkembang biak dengan cepat menghasilkkan klon-klon bakteri yang mengandung plasmid recombinan penghasil insulin.Melalui rekayasa genetika dapat dihasilkan E.coli yang merupakan penghasil insulin dalam jumlah banyak dan dalam waktu yang singkat.
Gambar 2. Kultur DNA

 Escherrichia coli (E. coli), penghuni saluran pencernaan manusia, adalah ‘pabrik’ yang digunakan dalam rekayasa genetika insulin. Ketika bakteri bereproduksi, gen insulin direplikasi bersama dengan plasmid. E. coli seketika memproduksi enzim yang dengan cepat mendegradasi protein asing seperti insulin. Hal tersebut dapat dicegah dengan cara menggunakan E. coli strain mutan yang sedikit mengandung enzim ini. Pada E. coli, B-galaktosidase adalah enzim yang mengontrol transkripsi gen. Untuk membuat bakteri memproduksi insulin, gen insulin perlu terikat pada enzim ini.
Gambar 3. Pengikatan Insulin Pada Bakteri.

 Enzim restriksi secara alami diproduksi oleh bakteri. Enzim restriksi bertindak seperti pisau bedah biologi, hanya mengenali rangkaian nukleotida tertentu, misal salah satunya rangkaian kode untuk insulin. Hal tersebut memungkinkan peneliti untuk memutuskan pasangan basa nitrogen tertentu dan menghapus bagian DNA yang berisi kode genetik dari kromosom sebuah organisme sehingga dapat memproduksi insulin. Sedangkan DNA ligase adalah suatu enzim yang berfungsi sebagai perekat genetik dan pengelas ujung nukleotida (Tjahjoleksono, 2012).
          Gambar 4.  Enzim Restriksi pada DNA.

Langkah pertama pembuatan humulin adalah mensintesis rantai DNA yang membawa sekuens nukleotida spesifik yang sesuai karakteristik rantai polipeptida A dan B dari insulin. Urutan DNA yang diperlukan dapat ditentukan karena komposisi asam amino dari kedua rantai telah dipetakan. Enam puluh tiga nukleotida yang diperlukan untuk mensintesis rantai A dan sembilan puluh untuk rantai B, ditambah kodon pada akhir setiap rantai yang menandakan pengakhiran sintesis protein. Antikodon menggabungkan asam amino, metionin, kemudian ditempatkan di setiap awal rantai yang memungkinkan pemindahan protein insulin dari asam amino sel bakteri itu. ‘Gen’ sintetik rantai A dan B kemudian secara terpisah dimasukkan ke dalam gen untuk enzim bakteri, B-galaktosidase, yang dibawa dalam plasmid vektor tersebut. Pada tahap ini, sangat penting untuk memastikan bahwa kodon gen sintetik kompatibel dengan B-galaktosidase. Plasmid rekombinan tersebut kemudian dimasukkan ke dalam sel E. coli.
Gambar 5. Electron micrograph of the Vector’s plasmid.

Praktis penggunaan teknologi DNA rekombinan dalam sintesis insulin manusia membutuhkan jutaan salinan plasmid bakteri yang telah digabungkan dengan gen insulin dalam rangka untuk menghasilkan insulin. Gen insulin diekspresikan bersama dengan sel mereplikasi galaktosidase-B di dalam sel yang sedang menjalani mitosis.
Gambar 6. Pemasukan Plasmid ke dalam Bakteri.

Protein yang terbentuk, sebagian terdiri dari B-galaktosidase, bergabung ke salah satu rantai insulin A atau B. Rantai insulin A dan rantai B kemudian diekstraksi dari fragmen B-galaktosidase dan dimurnikan.
Gambar 7. Pembentukan Protein.

Kedua rantai dicampur dan dihubungkan kembali dalam reaksi yang membentuk jembatan silang disulfida, menghasilkan Humulin murni (insulin manusia sintetis).
Gambar 8. Human Insulin Sintetik.


D.    Kegunaan Insulin untuk Pengobatan
     Diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit yang banyak diderita penduduk dunia termasuk Indonesia dan sampai saat ini belum ditemukan pengobatan yang efektif untuk menyembuhkan penyakit tersebut (Ardiansyah, 2012). Diabetes mellitus merupakan suatu penyakit metabolisme yang mempunyai karakteristik hyperglycemia akibat dari cacat pada sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya. Hyperglycemia pada diabetes yang berkepanjangan akan mengakibatkan disfungsi dan kegagalan kerja dari berbagai macam organ terutama mata, ginjal, saraf dan jaringan darah. Diabetes merupakan kondisi di mana tubuh tidak dapat dengan tepat menggunakan energi dari makan yang dimakan (Adewale et al. 2007).Makanan merupakan tahapan awal masuknya glukosa ke dalam plasma darah. Zat dari bahan makanan, yaitu karbohidrat, protein, vitamin, lemak, dan mineral ditambahkan ke darah melalui sistem hepatik berpori (hepatic porous system). Dalam proses metabolisme bahan karbohidrat, protein dan lemak akan diubah menjadi glukosa dan selanjutnya dikonversi menjadi energi (Goel & Statry dalam Rao et al. 2011).
      Dalam Rao et al. (2011) dinyatakan bahwa insulin memainkan peranan penting dalam menyebarkan glukosa ke sel-sel, merangsang sistem enzim untuk merubah glukosa menjadi glikogen, memperlambat proses glukoneogenesis, mengatur proses lipogenesis, dan mendorong sintesa protein dan pertumbuhan tubuh. Dalam Stahl & Johansson (2009) disebutkan bahwa diabetes mellitus adalah penyakit yang dicirikan dengan ketidakmampuan pancreas menghasilkan insulin yang cukup. Diabetes mellitus disebabkan karena hormon insulin yang tidak mencukupi/tidak efektif sehingga tidak dapat bekerja secara normal. Insulin mempunyai peran utama mengatur kadar glukosa di dalam darah 60-120 mg/dl waktu puasa, dan <140 2007="" 2="" akan="" berarti="" berkurang="" dalam="" dengan="" diabetes="" dl="" hidup="" jam="" jumlah="" kaban="" kecuali="" kematian="" makan.="" mellitus="" menderita="" mg="" pada="" penderita="" penyakit="" sekali="" sesudah="" seumur="" span="" tersebut="" tidak="">
      Penyakit diabetes mellitus merupakan penyakit keturunan, meskipun demikian tidak berarti penyakit ini pasti menurun pada anak. Walaupun kedua orang tuanya menderita diabetes mellitus, kadang-kadang anaknya tidak ada yang menderita diabetes mellitus. Namun, apabila dibandingkan dengan kedua orang tua yang tidak menderita diabetes mellitus, jelas penderita diabetes mellitus lebih cenderung mempunyai anak yang menderita penyakit diabetes mellitus. Selain itu penyakit diabetes mellitus juga mudah menyerang pada individu yang berbadan besar (kegemukan) dengan gaya hidup tinggi (Misnadiarly 2006).
      Pemberian injeksi insulin secara teratur dalam meningkatkan kadar insulin dalam darah penderita dapat meminimumkan komplikasi. Pengobatan ini hanya mungkin dilaksanakan bila insulin tersedia dalam jumlah besar dengan kemurnian dan mutu yang baik. Pemberian insulin kepada penderita diabetes hanya bisa dilakukan dengan cara suntikan, jika diberikan melalui oral insulin akan rusak didalam lambung. Setelah disuntikan, insulin akan diserap kedalam aliran darah dan dibawa keseluruh tubuh. Disini insulin akan bekerja menormalkan kadar gula drah (blood glucose) dan merubah glucose manjadi energi.
       Perlu diperhatikan daerah mana saja yang dapat dijadikan tempat menyuntikan insulin. Bila kadar glukosa darah tinggi, sebaiknya disuntikan di daerah perut dimana penyerapan akan lebih cepat. Namun bila kondisi kadar glukosa pada darah rendah,hindarilah penyuntikan pada perut. Secara urutan, area proses penyerapan paling cepat adalah perut, lengan atas dan paha. Insulin akan lebih cepat diserap apabila daerah suntikan digerak-gerakan. Penyuntikan insulin pada satu daerah yang sam dapt mengurangi variasi penyrapan. Penyuntikan insulin selalu pada satu daerah yang sama dapat merangasangterjadinya perlemakan dan menyebabkan gangguan penyerapan insulin. Daerah suntikan sebaiknya berjarak 1 inchi (+2,5 cm) dari daerah sebelumnya. Lakukanlah rotasi di dalam satu daerah selam satu minggu, lalu baru pindah ke daerah yang lain.
       Kerja insulin dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya:
1.      Dosis. Semakin tinggi dosisnya maka semakin cepat reaksinya.
2.      Tempat injeksi. Pada umumnya insulin diberiakn dengan injeksi menembus kulit. Pada pemberian intravena aksinya ceapt,pada transdermal atau secar subkutan maka pada otot terjadi degredasi insulin 20-25 %. Makanya harus diperhitungkan untuk mendapatkandosis yang tepat. Kebanyakan insulin diinjeksikan pada perut (interperional) .Jarum untuk injeksi insulin kecil sekali dan pendek (0,5-1,0 cm). Dapat juga menggunakan implant pada dada yang dapat mensuplai insulin sedikit demi sedikit.
3.      Kehadiran antibodi insulin. Hal ini terutama pada penggunaan hewan sebagai insulin. Jika digunakan insulin dari luar dikhawatirkan terjadi reaksi antigen antibodi maupun perusakan lain,kecuali pada penderita autoimun.
4.      Aktivitas fisik. Semakin banyak aktivitas fisik yang kita lakukan maka kita perlu energi (dari glukosa) yang semakin besar sehingga tidak perlu aksi insulin yang ekstra untuk mengubah glukosa menjadi glikogen (insulin yang diperlukan semakin sedikit) (Ardiansah, 2012).














BAB III
PENUTUP


A.    Kesimpulan
    Dari pembahasan pada pembahasan diatas dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut.
1.             Insulin ditemukan pada tahun 1921, dan telah menjadi salah satu yang paling menyeluruh dipelajari molekul dalam sejarah ilmu pengetahuan.
2.             Insulin adalah hormon utama yang mengendalikan glukosa dari darah ke dalam sebagian besar sel (terutama sel otot dan lemak, tetapi tidak pada sel sistem saraf pusat).
3.             Tahapan dalam proses pembuatan Insulin, yaitu:
a.       Pengisolasian Vektor (plasmid E.coli) dan DNA Pengkode Insulin.
b.      Penyelipan DNA Insulin ke dalam Vektor (plasmid E.Coli)
c.       Pemasukan Plasmid Rekombinan ke dalam Sel E.Coli
d.      Pengklonan Sel yang Mengandung Plasmid Rekombinan
e.       Identifikasi Klon Sel yang Membawa Gen Insulin
f.       Pomproduksian dalam Sekala Besar
4.             Insulin dapat digunakan dalam pengobatan penyakit diabetes militus.
B.     Saran
       Meskipun telah ditemukannya sintesis insulin, namun tetap saja kita harus berpola hidup yang sehat baik pola makannya maupun yang lainnya karena pada zaman sekarang makanan banyak  mengandung gula yang tinggi untuk itu jangan sembarangan makan makanan yang belum pasti keamanannya untuk dikonsumsi. Penulis juga menyarankan agar berolah raga yang telatur guna membakar gula yang berada dalam tubuh kita. Dengan berpola hidup yang sehat, berarti kita telah mencegah penyakit diabetes militus.



DAFTAR PUSTAKA

Adewale SO, Ayeni RO, Ajala OA, & Adeniran T. 2007. A New Generalized Mathematical Model for Study of Diabetes Mellitus. Research Journal of Applied Sciences 2 (5): 629-632.

Ardiansah, N dan M. Kharis. 2012. Model Matematika Untuk Penyakit Diabetes Tanpa Faktor Genetik. Jurusan Matematika, Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Semarang, Indonesia. Jurnal Mipa 35 (1). ISSN 0215-9945.

Banjarnahor, Eka. Sunny Wangko. 2012. Sel Beta Pankreas Sintesis Dan Sekresi Insulin. Bagian Anatomi-Histologi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado. Jurnal Biomedik, Volume 4, Nomor 3, November, hlm. 156-162.

Gustia, Riza.dkk.2012. Dna Rekombinan Dalam Bidang Kesehatan (Pembuatan Insulin). Pendidikan Kimia. Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Jambi.

Kaban S. 2007. Pengembangan Model Pengendalian Kejadian Penyakit Diabetes Mellitus Tipe 2 di Kota Sibolga. Majalah Kedokteran Nusantara 40(2): 119-128.

Rao PT, Rao KS, & Usha CL. 2011. Stochastic Modeling of Blood Glucose Level in Type-2 Diabetes Mellitus. Asian Journal of Mathematics and Statistics 4(1): 56-65.

Rismayanthi, Cerika. 2010. Terapi Insulin Sebagai Alternatif Pengobatan Bagi Penderita Diabetes. Dosen Turusan Pendidikan Kesehatan Dan Rekreasi Fik UNY. Medikora Vol Vi, No. 2, November : 29 – 36.


Saepudin, Endang, dan Siswati Setiawati. 2010. Handout Perkuliahan Bioteknologi. Dept. Kimia FMIPA UI.

Stahl F & Johansson R. 2009. Diabetes mellitus modeling and short-term prediction based on blood glucose measurements. Mathematical Biosciences 217: 101–117.

Tjahjoleksono, Aris. 2012. Teknologi DNA Rekombinan. Jurusan Biologi. FMIPA Institut Pertanian Bogor.