BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Peradaban manusia semakin lama semakin berkembang. Dengan berkembangnya
pemikiran manusia maka manusia berusaha bagaimana caranya agar apa yang saat
ini kita inginkan terbatas untuk diperbaharui kedepannya. Masyarakat semakin sadar akan pentingnya perilaku kehidupan yang
sehat. Masyarakat semakin meningkat perhatiannya terhadap penyakit yang tidak
menular. Hal ini dikarenakan semakin meningkatnya frekuensi kejadian penyakit
tersebut di masyarakat. Dari sepuluh penyebab utama kematian salah satunya
adalah penyakit diabetes mellitus (DM) yang merupakan jenis penyakit tidak menular,
keadaan ini terjadi baik di negara maju maupun negara berkembang maupun Negara dengan
ekonomi rendah. Hal ini disebabkan adanya perkembangan sosioekonomi dan kultural
bangsa sehingga dunia dituntut untuk memberikan perhatian yang lebih kepada penyakit
tidak menular, yang sudah mulai meningkat sesuai dengan perkembangan masyarakat.
Oleh karena ini masyarakat perlu diberikan pengetahuan tentang penyakit tidak menular
dengan melihat kencenderungan semakin meningkatnya prevalensi penyakit tidak
menular dalam masyarakat, termasuk kalangan masyarakat Indonesia.
Nah, dari pemikiran inilah manusia mulai melakukan eksperimen tentang
hal-hal yang mereka inginkan termasuk dalam hal bioteknologi. Dahulu, sebelum
ditemukannya sintesis insulin (hasil bioteknologi teknik plasmid) bagi mereka
yang terkena penyakit kencing manis (diabetes militus) pupus harapan untuk hidupnya. Namun dengan
ditemukannya teknik plasmid untuk memperoleh insulin yang berfungsi untuk
mengatur gula darah pada manusia, mereka yang terkena penyakit diabetes tetap
punya harapan hidup meskipun harus memanfaatkan insulin buatan secara rutin.
Sebelum ditemukan teknik
sintesis insulin, hormon ini hanya bisa diperoleh dari ekstraksi pankreas babi
atau sapi, dan sangat sedikit insulin bisa diperoleh. Setelah ditemukan teknik
sintesis insulin di bidang bioteknologi inilah, harga insulin bisa ditekan
dengan sangat drastis sehingga bisa membantu para penderita diabetes melitus.
Sintesis insulin dapat diperoleh
dengan bantuan bakteri yang biasa terdapat di usus besar, yaitu Escherichia
coli. Teknologi dasar proses ini disebut dengan teknologi plasmid. Kekurangan
insulin disebabkan karena cacat genetik pada pankreas, menyebabkan seseorang
menderita diabetes melitus (kencing manis) yang berdampak sangat luas terhadap
kesehatan, mulai kebutaan hingga impotensi. Insulin sendiri merupakan hormon
yang mengubah glukosa menjadi glikogen, dan berfungsi mengatur kadar gula darah
bersama hormone glukagon.
B.
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini antara lain adalah :
1.
Untuk mengetahui sejarah dari insulin.
2.
Untuk mengetahui deskripsi insulin
tersebut.
3.
Untuk mengetahui pembuatan insulin oleh bakteri.
4.
Untuk mengetahui kegunaan insulin untuk pengobatan diabetes militus.
C.
Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari pembuatan makalah ini antara lain adalah :
1.
Agar dapat mengetahui sejarah dari insulin.
2.
Agar dapat mengetahui deskripsi insulin
tersebut.
3.
Agar dapat mengetahui pembuatan insulin oleh bakteri.
4.
Agar dapat mengetahui kegunaan insulin untuk pengobatan diabetes militus.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Sejarah Penemuaan Insulin
Insulin
pertama kali di ekstraksi dari jaringan pankreas anjing pada tahun 1921 oleh
para ahli fisiologi asal kanada Sir Federick Glant Banting dan Charles Hebert
Best serta ahli fisiologi asal Inggris John James Richard Macleod. Seorang ahli
boikimia James Betram Collip kemudian memproduksi dengan tingkat kemurnian yang
cukup baik untuk digunakan sebagai obat pada manusia. Pada tahun 1965 insulin
manusia telah berhasil disintesis secara kimia. Insulin merupakan protein
manusia pertama yang disintesis secara kimia.
Secara tradisional,
insulin untuk pengobatan pada manusia diisolasi dari pankreas sapi atau babi.
Walaupun insulin hewan secara umum cukup memuaskan tetapi untuk penggunaan pada
manusia dapat menimbulkan dua masalah. Pertama, adanya perbedaan kecil dalam
asam amino penyusunnya yang dapat menimbulkan efek samping berupa alergi pada
beberapa penderita. Kedua, prosedur pemurnian sulit dan cemaran berbahaya asal
hewan tidak selalu dapat dihilangkan secara sempurna.
Pada tahun 1978 insulin menjadi protein
manusia pertama yang diproduksi melalui bioteknologi. Sebuah tim peneliti dari
City of Hope National Medical Center dan perusahaan bioteknologi Genentech
masih muda berhasil mensintesis insulin manusia di laboratorium menggunakan proses
yang bisa menghasilkan jumlah besar. Pada tahun 1981 telah terjadi perbaikan secara berarti cara
produksi insulin melalui rekayasa genetika. Insulin yang diperoleh dengan cara
ini mempunyai struktur mirip dengan insulin manusia. Melalui teknologi DNA rekombinan,
insulin diproduksi menggunakan sel mikroba yang tidak patogen. Karena kedua hal
tersebut di atas, insulin hasil rekayasa genetika ini mempunyai efek samping
yang relatif sangat rendah dibandingkan
dengan insulin yang diperoleh dari ekstrak pankreas hewan, tidak menimbulkan
efek alergi serta tidak mengandung kontaminan berbahaya (Saepudin, 2010).
Tabel 1. Perbedaan susunan asam amino pada insulin
manusia, babi (pork), dan sapi (beef).
Spesies
|
A8
|
A10
|
B28
|
B29
|
B30
|
Manusia
|
Thr
|
Ile
|
Pro
|
Lys
|
Thr
|
Babi
|
Thr
|
Ile
|
Pro
|
Lys
|
Ala
|
Sapi
|
Ala
|
Val
|
Pro
|
Lys
|
Ala
|
Insulin manusia dan insulin babi
hanya beda 1 asam amino yaitu pada B30,sedangkan insulin manusia dan insulin
sapi beda 3 asam amino yaitu pada A8, A10, B30, sehingga pemakain insulin babi
kurang imunogenik dibandingkan insulin sapi. Tapi masalahnya, 1 babi yang
diekstraksi insulinnya hanya cukup untuk 1 orang selam 3 hari padahal saat ini
ada ± 60 juta orang didunia yang menderita diabetes tergantung insulin dan
meningkat 5-6 % pertahunnya. Maka dari itu sekarang banyak dikembangkan
teknologi recombinan untuk mendapatkan insulin. Faktor-faktor ini menyebabkan
peneliti mempertimbangkan untuk membuat Humulin dengan memasukkan gen insulin
ke dalam vektor yang cocok, yaitu sel bakteri E. coli, untuk memproduksi
insulin yang secara kimia identik dan dapat secara alami diproduksi. Hal ini
telah dicapai dengan menggunakan teknologi DNA rekombinan Gen insulin manusia
dari pulau Langerhans diambil,kemudian disambungkan ke dalam pasmid
bakteri,membentuk kimera (DNA recombinasi). Kimera itu dimasukkan ke dalam sel
target E.coli. bakteri E.coli ini dikultur,untuk dikembangkan (Banjarnahor,
2012).
Karakteristik bakteri yang menjadi
organisme pilihan untuk memproduksi insulin memiliki keunggulan-keunggulan
sebagai berikut:
1.
Memiliki
rentang umur pendek ,
2.
Jumlah
generasi yang banyak,
3.
Susunan
genetik bakteri yang lebih mudah dimodifikasi,
4.
Lingkungan
luar bekteri dapat dengan mudah dimodifikasi untuk mempengaruhi ekspresi gen,
5.
Menghasilkan
produk,hampir mendekati yang kita inginkan (menyerupai insulin yang dihasilkan
sel β-pankreas), dan
6.
Lebih
ekonomis
Pada proses penyisipan gen
diperlukan tiga faktor utama yaitu:
1.
Vektor,yaitu
pembawa gen asing yang akan disisikan,biasanya berupa plasmid,yaitu lingkaran
kecil DNA yang terdapat pada bakteri. Plasmid diambil dari bakteri dan disisipi
dengan gen asing.
2.
Bakteri,
berperan dalam memperbanyak plasmid. Plasmid di dalam tubuh bakteri akan
mengalami replikasi atau memperbanyak diri, makin banyak plasmid yang
direplikasi makin banyak pula gen asing yang dicopy sehingga terjadi cloning
gen.
3.
Enzim, berperan untuk memotong dan menyambung
plasmid. Enzim in disebut enzim endonulease retriksi, enzim endonuklease
retriksi yaitu enzim endonuklease yang dapat memotong DNA pada posisi dengan
urutan basa nitrogen tertentu (Tjahjoleksono, 2012).
B.
Deskripsi Insulin
Insulin merupakan hormon alami yang dikeluarkan oleh pankreas.
Insulin dibutuhkan oleh sel tubuh untuk mengubah dan menggunakan glukosa darah
(gula darah), dari glukosa, sel membuat energi yang dibutuhkan untuk
menjalankan fungsinya. Insulin adalah protein kecil sederhana yang terdiri dari
51 asam amino, 30 di antaranya merupakan satu rantai polipeptida, dan 21
lainnya yang membentuk rantai kedua. Kedua rantai dihubungkan oleh ikatan
disulfida. Kode genetik untuk insulin ditemukan dalam DNA di bagian atas lengan
pendek dari kromosom kesebelas yang berisi 153 basa nitrogen (63 dalam rantai A
dan 90 dalam rantai B). DNA yang membentuk kromosom, terdiri dari dua heliks
terjalin yang dibentuk dari rantai nukleotida, masing-masing terdiri dari gula
deoksiribosa, fosfat dan nitrogen. Ada empat basa nitrogen yang berbeda yaitu
adenin, timin, sitosin dan guanin. Sintesis protein tertentu seperti insulin
ditentukan oleh urutan dasar tersebut yang diulang (Rismayanthi, 2010).
Gambar 1. Struktur Insulin
Insulin adalah suatu hormon polipeptida yang diproduksi dalam
sel-sel β kelenjar Langerhaens pankreas.Insulin berperan penting dalam regulasi
kadar gula darah (kadar gula drah dijaga 3,5-8,0 mmol/liter). Hormon insulin
yang diproduksi oleh tubuh kita dikenal sebagai sebutan insulin endogen. Namun,
ketika kelenjar pankreas mengalami gangguan sekresi guna memproduksi hormon
insulin, disaat inilah tubuh membutuhkan hormon insulin dari luar tubuh,dapat
berupa obat buatan manusia yang dikenal sebagai sebutan insulin
eksogen.Kekurangan insulin dapat menyebabkan penyakit seperti diabetes militus
tergantung insulin(diabetes tipe 1). Insulin terdiri dari 51 asam amino.
Molekul insulin disusun oleh 2 rantai polipepttida A dan B yang dihubungkan
dengan ikatan disulfida. Rantai A terdiri dari 21 asam amino dan rantai B
terdiri dari 30 asam amino (Gustia, 2012).
Menurut Rismayanthi, (2010), terdapat banyak bentuk insulin. Insulin
diklasifikasikan berdasarkan dari berapa cepat insulin mulai bekerja dan berapa
lama insulin bekerja. Tipe insulin terdiri atas:
1. Aksi cepat {rapid acting)
2. Aksi pendek {short acting)
3. Aksi menengah {intermediate acting)
4. Aksi lama {long-acting)
5. Campuran {Pre-mixed)
Pemilihan tipe insulin
terganmng pada beberapa faktor, yaitu:
1.
Respon
tubuh individu terhadap insulin (berapa lama menyerap insulin ke dalam tubuh
dan tetap aktif di dalam mbuh sangat bcrvariasi dari setiap individu).
2.
Pilihan
gaya hidup, seperti: jenis makanan, berapa banyak konsumsi alkohol, berapa
sering berolahraga, yang semuanya mempengaruhi tubuh untuk merespon insulin.
3.
Berapa
banyak suntikan per hari yang ingin dilakukan.
4.
Berapa
sering melakukan pengecekan kadar gula darah.
5.
Usia.
6.
Target
pengaturan gula darah (Rismayanthi, 2010).
Tabel 2. Macam-Macam Insulin dan Cara Kerja
dalam Tubuh, dalam Rismayanthi, (2010).
C.
Pembuatan Insulin dengan Starter Bakteri
Proses pembuatan insulin dengan teknik DNA
recombinan adalah sebagai berikut:
1.
Mengidentifikasi
dan mengisolasi gen penghasil insulin dari sel pancreas manusia:
a.
Mula-mula
mRNA yang telah disalin dari gen penghasil insulin diekstrak dari sel
pancreas.Kemudian enzim transcriptase ditambahkan pada mRNA bersamaan dengan
nukleotida penyusun DNA.
b.
Enzim
ini menggunakan mRNA sebagai cetekan untuk membentuk DNA berantai tunggal.
c.
DNA
ini kemudian dilepaskan dari mRNA.
d.
Enzim
DNA polymirase digunakan untuk melengkapi DNA rantai tunggal menjadi ranati
ganda,disebut DNA komplementer (c- DNA), yang merupakan gen penghasil insulin.
2.
Melepaskan
salinan gen penghasil insulin tersebut dengan cara memotong kromosom secara
khusus menggunakan enzim retrikasi.
3.
Mengekstrak
plasmid dari sel bakteri, kemudian membuka plasmid dari sel bakteri dengan
menngunakan enzim retrikasi lain. Sementara itu, di dalam serangkain tabung
reaksi atau cawan petri, gen penghasil insulin manusia (dalam bentuk c- DNA disiapkan
untuk dipasangkan pada plasmid yang terbuka tersebut.
4.
Memasang
gen penghasil insulin kedalam cincin plasmid. Mula-mula ikatan yang terjadi
masih lemah, kemudian enzim DNA ligase memperkuat ikatan ini sehingga
dihasilkan molekul DNA recombinan/plasmid recombinan yang bagus.
5.
Memasukkan
plasmid recombinan kedalam bakteri E.coli.Di dalam sel bakteri ini plasmid
mengadakan replikasi
6.
Mengultur
bakteri E.coli yang akan berkembang biak dengan cepat menghasilkkan klon-klon
bakteri yang mengandung plasmid recombinan penghasil insulin.Melalui rekayasa
genetika dapat dihasilkan E.coli yang merupakan penghasil insulin dalam jumlah
banyak dan dalam waktu yang singkat.
Gambar 2. Kultur DNA
Escherrichia coli (E. coli), penghuni saluran
pencernaan manusia, adalah ‘pabrik’ yang digunakan dalam rekayasa genetika
insulin. Ketika bakteri bereproduksi, gen insulin direplikasi bersama dengan
plasmid. E. coli seketika memproduksi enzim yang dengan cepat mendegradasi
protein asing seperti insulin. Hal tersebut dapat dicegah dengan cara
menggunakan E. coli strain mutan yang sedikit mengandung enzim ini. Pada E.
coli, B-galaktosidase adalah enzim yang mengontrol transkripsi gen. Untuk
membuat bakteri memproduksi insulin, gen insulin perlu terikat pada enzim ini.
Gambar
3. Pengikatan Insulin Pada Bakteri.
Enzim restriksi secara alami diproduksi oleh
bakteri. Enzim restriksi bertindak seperti pisau bedah biologi, hanya mengenali
rangkaian nukleotida tertentu, misal salah satunya rangkaian kode untuk
insulin. Hal tersebut memungkinkan peneliti untuk memutuskan pasangan basa
nitrogen tertentu dan menghapus bagian DNA yang berisi kode genetik dari
kromosom sebuah organisme sehingga dapat memproduksi insulin. Sedangkan DNA
ligase adalah suatu enzim yang berfungsi sebagai perekat genetik dan pengelas
ujung nukleotida (Tjahjoleksono, 2012).
Gambar 4. Enzim Restriksi pada DNA.
Langkah pertama pembuatan humulin
adalah mensintesis rantai DNA yang membawa sekuens nukleotida spesifik yang
sesuai karakteristik rantai polipeptida A dan B dari insulin. Urutan DNA yang
diperlukan dapat ditentukan karena komposisi asam amino dari kedua rantai telah
dipetakan. Enam puluh tiga nukleotida yang diperlukan untuk mensintesis rantai
A dan sembilan puluh untuk rantai B, ditambah kodon pada akhir setiap rantai
yang menandakan pengakhiran sintesis protein. Antikodon menggabungkan asam
amino, metionin, kemudian ditempatkan di setiap awal rantai yang memungkinkan
pemindahan protein insulin dari asam amino sel bakteri itu. ‘Gen’ sintetik
rantai A dan B kemudian secara terpisah dimasukkan ke dalam gen untuk enzim
bakteri, B-galaktosidase, yang dibawa dalam plasmid vektor tersebut. Pada tahap
ini, sangat penting untuk memastikan bahwa kodon gen sintetik kompatibel dengan
B-galaktosidase. Plasmid rekombinan tersebut kemudian dimasukkan ke dalam sel
E. coli.
Gambar 5. Electron micrograph of the Vector’s plasmid.
Praktis penggunaan teknologi DNA
rekombinan dalam sintesis insulin manusia membutuhkan jutaan salinan plasmid
bakteri yang telah digabungkan dengan gen insulin dalam rangka untuk
menghasilkan insulin. Gen insulin diekspresikan bersama dengan sel mereplikasi
galaktosidase-B di dalam sel yang sedang menjalani mitosis.
Gambar 6. Pemasukan Plasmid ke dalam
Bakteri.
Protein yang terbentuk, sebagian
terdiri dari B-galaktosidase, bergabung ke salah satu rantai insulin A atau B.
Rantai insulin A dan rantai B kemudian diekstraksi dari fragmen B-galaktosidase
dan dimurnikan.
Gambar 7. Pembentukan Protein.
Kedua rantai dicampur dan
dihubungkan kembali dalam reaksi yang membentuk jembatan silang disulfida,
menghasilkan Humulin murni (insulin manusia sintetis).
Gambar 8. Human Insulin Sintetik.
D.
Kegunaan Insulin untuk Pengobatan
Diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit yang banyak
diderita penduduk dunia termasuk Indonesia dan sampai saat ini belum ditemukan
pengobatan yang efektif untuk menyembuhkan penyakit tersebut (Ardiansyah, 2012).
Diabetes mellitus merupakan suatu penyakit metabolisme yang mempunyai
karakteristik hyperglycemia akibat dari cacat pada sekresi insulin,
kerja insulin atau keduanya. Hyperglycemia pada diabetes yang
berkepanjangan akan mengakibatkan disfungsi dan kegagalan kerja dari berbagai
macam organ terutama mata, ginjal, saraf dan jaringan darah. Diabetes merupakan
kondisi di mana tubuh tidak dapat dengan tepat menggunakan energi dari makan
yang dimakan (Adewale et al. 2007).Makanan merupakan tahapan awal
masuknya glukosa ke dalam plasma darah. Zat dari bahan makanan, yaitu
karbohidrat, protein, vitamin, lemak, dan mineral ditambahkan ke darah melalui
sistem hepatik berpori (hepatic porous system). Dalam proses metabolisme
bahan karbohidrat, protein dan lemak akan diubah menjadi glukosa dan
selanjutnya dikonversi menjadi energi (Goel & Statry dalam Rao et al.
2011).
Dalam Rao et al.
(2011) dinyatakan bahwa insulin memainkan peranan penting dalam menyebarkan
glukosa ke sel-sel, merangsang sistem enzim untuk merubah glukosa menjadi
glikogen, memperlambat proses glukoneogenesis, mengatur proses lipogenesis, dan
mendorong sintesa protein dan pertumbuhan tubuh. Dalam Stahl & Johansson
(2009) disebutkan bahwa diabetes mellitus adalah penyakit yang dicirikan dengan
ketidakmampuan pancreas menghasilkan insulin yang cukup. Diabetes mellitus
disebabkan karena hormon insulin yang tidak mencukupi/tidak efektif sehingga
tidak dapat bekerja secara normal. Insulin mempunyai peran utama mengatur kadar
glukosa di dalam darah 60-120 mg/dl waktu puasa, dan <140 2007="" 2="" akan="" berarti="" berkurang="" dalam="" dengan="" diabetes="" dl="" hidup="" jam="" jumlah="" kaban="" kecuali="" kematian="" makan.="" mellitus="" menderita="" mg="" pada="" penderita="" penyakit="" sekali="" sesudah="" seumur="" span="" tersebut="" tidak="">140>
Penyakit diabetes
mellitus merupakan penyakit keturunan, meskipun demikian tidak berarti penyakit
ini pasti menurun pada anak. Walaupun kedua orang tuanya menderita diabetes
mellitus, kadang-kadang anaknya tidak ada yang menderita diabetes mellitus.
Namun, apabila dibandingkan dengan kedua orang tua yang tidak menderita
diabetes mellitus, jelas penderita diabetes mellitus lebih cenderung mempunyai
anak yang menderita penyakit diabetes mellitus. Selain itu penyakit diabetes mellitus
juga mudah menyerang pada individu yang berbadan besar (kegemukan) dengan gaya hidup
tinggi (Misnadiarly 2006).
Pemberian injeksi
insulin secara teratur dalam meningkatkan kadar insulin dalam darah penderita
dapat meminimumkan komplikasi. Pengobatan ini hanya mungkin dilaksanakan bila
insulin tersedia dalam jumlah besar dengan kemurnian dan mutu yang baik.
Pemberian insulin kepada penderita diabetes hanya bisa dilakukan dengan cara
suntikan, jika diberikan melalui oral insulin akan rusak didalam lambung.
Setelah disuntikan, insulin akan diserap kedalam aliran darah dan dibawa
keseluruh tubuh. Disini insulin akan bekerja menormalkan kadar gula drah (blood
glucose) dan merubah glucose manjadi energi.
Perlu diperhatikan
daerah mana saja yang dapat dijadikan tempat menyuntikan insulin. Bila kadar
glukosa darah tinggi, sebaiknya disuntikan di daerah perut dimana penyerapan
akan lebih cepat. Namun bila kondisi kadar glukosa pada darah rendah,hindarilah
penyuntikan pada perut. Secara urutan, area proses penyerapan paling cepat
adalah perut, lengan atas dan paha. Insulin akan lebih cepat diserap apabila
daerah suntikan digerak-gerakan. Penyuntikan insulin pada satu daerah yang sam
dapt mengurangi variasi penyrapan. Penyuntikan insulin selalu pada satu daerah
yang sama dapat merangasangterjadinya perlemakan dan menyebabkan gangguan
penyerapan insulin. Daerah suntikan sebaiknya berjarak 1 inchi (+2,5 cm) dari
daerah sebelumnya. Lakukanlah rotasi di dalam satu daerah selam satu minggu,
lalu baru pindah ke daerah yang lain.
Kerja insulin dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya:
1.
Dosis. Semakin tinggi dosisnya maka semakin cepat reaksinya.
2.
Tempat injeksi. Pada umumnya insulin diberiakn dengan injeksi
menembus kulit. Pada pemberian intravena aksinya ceapt,pada transdermal atau
secar subkutan maka pada otot terjadi degredasi insulin 20-25 %. Makanya harus
diperhitungkan untuk mendapatkandosis yang tepat. Kebanyakan insulin
diinjeksikan pada perut (interperional) .Jarum untuk injeksi insulin kecil
sekali dan pendek (0,5-1,0 cm). Dapat juga menggunakan implant pada dada yang
dapat mensuplai insulin sedikit demi sedikit.
3.
Kehadiran antibodi insulin. Hal ini terutama pada penggunaan hewan
sebagai insulin. Jika digunakan insulin dari luar dikhawatirkan terjadi reaksi
antigen antibodi maupun perusakan lain,kecuali pada penderita autoimun.
4.
Aktivitas fisik. Semakin banyak aktivitas fisik yang kita lakukan
maka kita perlu energi (dari glukosa) yang semakin besar sehingga tidak perlu
aksi insulin yang ekstra untuk mengubah glukosa menjadi glikogen (insulin yang
diperlukan semakin sedikit) (Ardiansah, 2012).
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari pembahasan pada pembahasan diatas dapat
disimpulkan hal-hal sebagai berikut.
1.
Insulin ditemukan pada tahun 1921, dan telah
menjadi salah satu yang paling menyeluruh dipelajari molekul dalam sejarah ilmu
pengetahuan.
2.
Insulin adalah hormon utama yang mengendalikan
glukosa dari darah ke dalam sebagian besar sel (terutama sel otot dan lemak,
tetapi tidak pada sel sistem saraf pusat).
3.
Tahapan dalam proses pembuatan Insulin, yaitu:
a. Pengisolasian Vektor (plasmid E.coli) dan DNA Pengkode Insulin.
b. Penyelipan DNA Insulin ke dalam Vektor (plasmid E.Coli)
c. Pemasukan Plasmid Rekombinan ke dalam Sel E.Coli
d. Pengklonan Sel yang Mengandung Plasmid Rekombinan
e. Identifikasi Klon Sel yang Membawa Gen Insulin
f. Pomproduksian dalam Sekala Besar
4.
Insulin
dapat digunakan dalam pengobatan penyakit diabetes militus.
B.
Saran
Meskipun telah ditemukannya sintesis
insulin, namun tetap saja kita harus berpola hidup yang sehat baik pola
makannya maupun yang lainnya karena pada zaman sekarang makanan banyak mengandung gula yang tinggi untuk itu jangan
sembarangan makan makanan yang belum pasti keamanannya untuk dikonsumsi.
Penulis juga menyarankan agar berolah raga yang telatur guna membakar gula yang
berada dalam tubuh kita. Dengan berpola hidup yang sehat, berarti kita telah
mencegah penyakit diabetes militus.
DAFTAR PUSTAKA
Adewale
SO, Ayeni RO, Ajala OA, & Adeniran T. 2007. A New Generalized
Mathematical Model for Study of Diabetes Mellitus. Research Journal of Applied
Sciences 2 (5): 629-632.
Ardiansah, N dan M. Kharis. 2012. Model Matematika Untuk
Penyakit Diabetes Tanpa Faktor Genetik. Jurusan Matematika, Fakultas
Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Semarang, Indonesia. Jurnal
Mipa 35 (1). ISSN 0215-9945.
Banjarnahor, Eka. Sunny Wangko. 2012. Sel Beta Pankreas Sintesis
Dan Sekresi Insulin. Bagian Anatomi-Histologi Fakultas Kedokteran
Universitas Sam Ratulangi Manado. Jurnal Biomedik, Volume 4, Nomor 3, November,
hlm. 156-162.
Gustia,
Riza.dkk.2012. Dna Rekombinan Dalam Bidang Kesehatan (Pembuatan
Insulin). Pendidikan Kimia. Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas
Jambi.
Kaban S.
2007. Pengembangan Model Pengendalian Kejadian Penyakit Diabetes Mellitus
Tipe 2 di Kota Sibolga. Majalah Kedokteran Nusantara 40(2): 119-128.
Rao PT,
Rao KS, & Usha CL. 2011. Stochastic Modeling of Blood Glucose Level in
Type-2 Diabetes Mellitus. Asian Journal of Mathematics and Statistics 4(1):
56-65.
Rismayanthi,
Cerika. 2010. Terapi Insulin Sebagai Alternatif Pengobatan Bagi Penderita
Diabetes. Dosen Turusan Pendidikan Kesehatan Dan Rekreasi Fik UNY. Medikora
Vol Vi, No. 2, November : 29 – 36.
Saepudin,
Endang, dan Siswati Setiawati. 2010. Handout Perkuliahan Bioteknologi.
Dept. Kimia FMIPA UI.
Stahl F
& Johansson R. 2009. Diabetes mellitus modeling and short-term
prediction based on blood glucose measurements. Mathematical Biosciences
217: 101–117.
Tjahjoleksono, Aris. 2012. Teknologi DNA Rekombinan. Jurusan
Biologi. FMIPA Institut Pertanian Bogor.