LEMBAR
PENGESAHAN
Laporan lengkap praktikum Perkembangan Hewan Unit 1
dengan judul “Pemberian Obat Pada Hewan Uji”.
Yang
di susun Oleh :
Nama :
NIM :
Kelas : A (Pendidikan Biologi)
Kelompok : IV (Empat)
Telah diperiksa dan dikoreksi oleh asisten
dan koordinator asisten,
Maka laporan ini telah disetujui.
Makassar, November 2013
Koordinator Asisten Asisten
(Akhmad Faqih
Dzulkarnain ) (Akhmad Faqih Dzulkarnain)
NIM. 101 404 0003
NIM. 101 404 0003
Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab
(Drs.
Adnan, M.S)
NIP :1962 1231 1987021005
A.
Dasar Teori
Mencit adalah
binatang asli Asia, India, dan Eropa Barat. Jenis ini sekarang ditemukan di
seluruh dunia karena pengenalan oleh manusia. Mencit peliharaan memiliki
periode kegiatan selama siang dan malam. Tikus memakan makanan manusia dan
barang-barang rumah tangga. Mencit (Mus musculus) adalah anggota Muridae
(tikus-tikusan) yang berukuran kecil. Mencit mudah dijumpai di rumah-rumah dan
dikenal sebagai hewan pengganggu karena kebiasaannya menggigiti mebel dan
barang-barang kecil lainnya, serta bersarang di sudut-sudut lemari. Hewan ini diduga sebagai mamalia
terbanyak kedua di dunia, setelah manusia.
Mencit sangat mudah menyesuaikan diri dengan perubahan yang dibuat manusia,
bahkan jumlahnya yang hidup liar di hutan barangkali lebih sedikit daripada
yang tinggal di perkotaan. Mencit
percobaan (laboratorium) dikembangkan dari mencit, melalui proses seleksi.
Sekarang mencit juga dikembangkan sebagai hewan peliharaan (Wikipedia, 2013).
Hewan mencit
atau Mus musculus adalah tikus rumah
biasa termasuk ke dalam ordo rodentia dan family muridae. Mencit dewasa biasa memiliki berat antara 25-40 gram dan mempunyai berbagai
macam warna. Mayoritas mencit laboratorium adalah strain albino
yang mempunyai bulu putih dan merah muda. Mencit merupakan hewan yang tidak
mempunyai kelenjar keringat, jantung terdiri atas empat ruang dengan dinding
atrium yang tipis dan dinding ventrikel yang lebih tebal. Dengan mengetahui sifat-sifat karakteristik hewan yang akan diuji
diharapkan lebih menyesuaikan dan tidak diperlakukan tidak wajar (Adnan dan Mu’nisa, 2013).
Klasifikasi Mencit
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Class : Mamalia
Ordo : Rodentia
Famili : Muridae
Genus : Mus
Species : Mus musculus (Wikipedia, 2013).
Yang dipelajari
dan sebagai dasar dari praktikum farmakologi adalah cara-cara pemberian obat
dan faktor yang mempengaruhi pemberian obat. Cara pemberian obat sangat penting
artinya karena setiap jenis obat berbeda penyerapannya (absorpsi) oleh tubuh dan sangat bergantung pada lokasi
pemberian. Sedangkan faktor yang mempengaruhi pemberian obat ini juga sangat
penting bergantung pada kondisi individu, jenis kelamin dan spesies hewan
laboratorium (Adnan,2011).
Rute pemberian obat dapat diberikan secara peoral, subkutan, intramuscular,
itravena dan intraperitoneal. Rute peroral dapat diberikan dengan mencampurkan
obat bersama makanan, bisa pula dengan jarum khusus ukuran 20 gauge dan panjang
kira-kira 5 cm untuk memasukkan senyawa langsung ke dalam lambung melalui
esophagus, ujungnya bulat dan berlubang ke samping. Rute subkutan paling mudah
dialkukan pada mencit. Obat-obat dapat diberikan kepada mencit dengan jarum
yang panjangnya 0,5-1,0 cm dan ukuran 22-24 gauge. Obat bisa disuntikkan di
bawah kulit di daerah punggung atau di daerah perut. Kekurangan dari rute ini
adalah obat harus dapat larut dalam cairan hingga dapat disuntikkan. Rute
pemberian obat secara intramuscular lebih sulit karena otot mencit sangat
kecil, obat bisa disuntikkan ke otot paha bagian belakang dengan jarum panjang
0,5-1,0 cm dan ukuran 24 gauge. Suntikkan tidak boleh terlalu dalam agar tidak
terkena pembuluh darah. Rute pemberian obat secara itravena haruslah dalam
keadaan mencit tidak dapat bergerak, ini dapat dilakukan dengan memasukkan
mencit ke dalam tabung plastik cukup besar agar mencit tidak dapat berputar ke
belakang dan supaya ekornya keluar dari tabung, jarum yang digunakan berukuran
28 gauge dengan panjang 0,5 cm dan suntikkan pada vena lateralis ekor, cara ini
tidak dapat dilakukan karena ada kulit mencit yang berpigmen jadi venanya kecil
dan sukar dilihat walaupun mencit berwarna putih. Cara interperitonial hampir
sama dengan cara intramuscular, suntikkan dilakuakn di daerah abdomen diantara
cartilage xiphoidea dan symphysis pubis (Adnan dan Mu’nisa, 2013).
Menurut
Adnan (2011), Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Aksi Obat, yaitu:
1.
Berat badan
2.
Umur
3.
Jenis kelamin
4.
Kondisi patologik pasien
6.
Cara pemberian obat :
· Yang memberikan
efek sistemik : - oral; sublingual; bukal;-parenteral;- implantasi subkutan;
rektal;
· Yang memberikan
efek lokal :- inhalasi; -topikal ( pada kulit ) : salep, krim , lotion ; -
obat-obat pada mukosa : tetes mata, tetes telinga.
Cara memegang hewan serta cara
penetuan jenis kelaminnya perlu pula diketahui. Cara memegang hewan dari
masing-masing jenis hewan adaah berbeda dan ditentukan oleh sifat hewan,
keadaan fisik (besar atau kecil) serta tujuannya. Kesalahan dalam caranya akan
dapat menyebabkan kecelakaan atau hips ataupun sakit bagi hewan (ini akan
meyulitkan dalam melakukan penyuntikkan atau pengambilan darah misalnya) dan
juga bagi orang yang memegangnya (Katzug, B.G, 2001).
B.
Tujuan Praktikum
Mahasiswa dapat mengetahui cara
pemberian obat pada hewan percobaan (mencit) dengan baik dan benar dengan cara
intra muscular, intra peritoneal, subkutan dan per oral.
C.
Prosedur Kerja
1. Cara memegang hewan percobaan sehingga siap diberi sediaan uji
Ujung ekor mencit diangkat dengan tangan kanan, meletakkan pada suatu
tempat yang permukaannya tidak licin (misal rem kawat pada penutup kandang),
sehingga bila ditarik mencit akan mencengkram lalu kulit pada bagian tengkuk
mencit dijepit daengan telunjuk dan ibu jari tangan kiri sedangakn ekornya
tetap dipegang dengan tangan kanan kemudian tubuh mencit dibalikkan sehingga
permukaan perut mengahadap ke kita dan ekor dijepit diantara jari manis dan
kelingking tangan kanan.
2. Cara memberikan obat pada hewan percobaan Oral
Pemberian secara oral pada mencit dilakukan dengan alat suntik yang
dilengkapi jarum oral atau sonde oral (berujung tumpul). Cairan obat diberikan
dengan menggunakan sonde oral, sonde oral ditempelkan pada langit-langit mulut
atas mencit kemudian memasukkan perlahan-lahan sampai ke esophagus dan cairan
obat dimasukkan. Sebaiknya sebelum memasukkan sonde oral , posisi kepala mencit
adalah menengadah dan mulutnya dan mulutnya terbuka sedikit, sehingga sonde
oral akan masuk secara lurus ke dalam tubuh mencit.
3. Cara memberikan obat pada hewan percobaan Subkutan
Penyuntikkan dilakuakan di bawah kulit pada daerah tengkuk dicubit di
antara jempol dan telunjuk. Bersihkan area kulit yang akan disuntik dengan alkohol
70%. Masukkan obat dengan mengguanakan alas suntik 1 ml secara pararel dari
arah depan menembus kulit. Pemberian obat ini berhasil jika jarum suntik telah
melewati kulit dan pada saat alat suntik ditekan, cairan yang berada di
dalamnya dengan cepat masuk ke daerah bawah kulit.
4. Cara memberikan obat pada hewan percobaan Intra muscular
Obat disuntikkan pada paha posterior dengan jarum suntik no.24.
5. Cara memberikan obat pada hewan percobaan Intra peritoneal
Mencit dipegang dengan cara di atas, pada penyuntikkan posisi kepala lebih
rendah dari abdomen. Jarum disuntikkan dengan sudut sekitar 100 dari
abdomen pada daerah yang sedikit menepi dari garis tengah, agar jarum suntik
tidak terkena kandung kemih dan tidak terlalu tinggi supaya tidak terkena penyuntikkan
pada hati.
D.
Hasil Pengamatan
2. Pemberian obat secara intra muscular
4. Pemberian obat secara subkutan
Hasil Pengamatan
1. Pemberian obat secara oral
3. Pemberian obat secara intra peritoneal
E.
Pembahasan
Pada saat
praktikum berlangsung yang pertama kami lakukan adalah berlatih memegang
mencit dengan benar yaitu dengan mengangkat ujung ekor mencit dengan tangan kiri dan
mengeluarkannya dari kandang dan menyimpannya di tempat yang
permukaannya kasar (misalnya rem kawat pada penutup kandang), kemudian
menjinakkannya. Jangan sampai mencit stress dan ketakutan lalu mengelus-elus
mencit dengan jari telunjuk tangan kanan, dan mengikuti terus arah
pergerakan mencit. Kemudian setelah mencit tenang kita menarik kulit pada
bagian tengkuk mencit dengan jari telunjuk dan ibu jari tangan kanan, dan tangan kiri memegang
ekornya lalu membalikkan tubuh mencit sehingga menghadap ke atas dan menjepit
ekor dengan kelingking dan jari manis tangan kanan. Pada percobaan ini kami mengamati
jika mencit tersebut stress atau merasa mengalami gangguan maka mencit itu
segera melepaskan diri dan menggigit.
Setelah itu, yang kami lakukan
berikutnya yaitu pemberian obat pada mencit. Pemberian obat dilakukan pada 4
ekor mencit yaitu 2 ekor betina dan 2 ekor jantan. Pemberian obat diberikan perlakuan
yang berbeda pada keempat mencit tersebut, yaitu:
1.
Pemberian obat secara oral
Pada mencit I,
kami memberikan perlakuan dengan cara pemberian obat secara oral, pertama-tama
yang kami lakukan yaitu salah satu teman kami memegang tengkuk mencit dengan
jari telunjuk dan jempol tangan kanan, jari kelingking dan jari manis tangan
kanan memegang ekor mencit, kemudian menghadapkan bagian mulutnya ke atas serta
membuka mulut mencit tersebut. Salah satu dari teman kami memasukkan alat
penyuntikkan ke dalam mulutnya. Namun yang perlu diperhatikan yaitu sebelum
memasukkan alat penyuntkkan itu terlebih dahulu jarumnya yang tajam harus
dilepas., agar nantinya tidak menyakiti mencit tersebut. Jadi, pada pemberian
obat secara oral ini dilakukan dengan cara memasukkan jarum tumpul ke dalam
mulut mencit agar obat (aquades) yang kami masukkan langsung ke lambung.
2.
Pemberian obat secara intra muscular
Pada mencit II,
kami memberikan perlakuan dengan cara pemberian obat secara muscular yaitu
penyuntikkan pada bagian paha mencit, pertama-tama yang kami lakukan yaitu
salah satu teman kami memegang tengkuk mencit dengan jari telunjuk dan jempol
tangan kanan, jari kelingking dan jari manis tangan kanan memegang ekor mencit,
kemudian kakinya dipegang untuk mengarahkan jarum suntik ke paha mencit.
Sebelum penyuntikkan dimulai bagian paha mencit yang mau disuntik dioleskan
alkohol dan setelah penyuntikkan selesai diberikan lagi alkohol. Perlu juga
diperhatikan bahwa saat memasukkan jarum suntik usahakan bagian jarum yang
tajam berada di bawah dan masuk duluan ketika menyuntik.
3.
Pemberian obat secara intra peritoneal
Pada mencit
III, kami memberikan perlakuan dengan cara pemberian obat secara intra peritoneal
yaitu penyuntikkan pada bagian abdomen atau perut mencit, cara memegang mencit
hampir sama dengan cara di atas yaitu salah satu teman kami memegang tengkuk
mencit dengan jari telunjuk dan jempol tangan kanan, jari kelingking dan jari
manis tangan kanan memegang ekor mencit. Kemudian bagian abdomennya diarahkan
ke atas dan salah satu teman kami menyuntik bagian abdomen mencit. Akan tetapi,
hal yang harus diperhatikan saat menyuntik bagian abdomen mencit yaitu jarum
yang disuntikkan dengan sudut sekitar 100 dari abdomen pada daerah
yang sedikit menepi dari garis tengah, agar jarum suntik tidak terkena kandung
kemih dan tidak terlalu tinggi supaya penyuntikkan tidak terkena hati.
4.
Pemberian obat secara subkutan
Pada mencit IV,
kami memberikan perlakuan dengan cara pemberian obat secara subkutan yaitu
penyuntikkan pada bagian tengkuk mencit, cara memegang mencit hampir sama juga
dengan cara di atas yaitu salah satu teman kami memegang tengkuk mencit dengan
jari telunjuk dan jempol tangan kanan, jari kelingking dan jari manis tangan
kanan memegang ekor mencit. Akan tetapi bagian tengkuknya diarahkan keatas dan
abdomennya mengarah ke bawah supaya memudahkan penyuntikkan. Kemudian salah
sstu teman kami menyuntik bagian tengkuk mencit tersebut.
F.
Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan yang kami lakukan dalam pemberian obat pada hewan
uji maka dapat ditarik kesimpulan bahwa sebelum kita melakukan
penyuntikan pada mencit, mencit harus dalam keadaan tenang (tidak stress),
karena pada saat stress mencit akan menjadi liar dan sulit untuk disuntik.
Kemudian kita harus menguasai dan betul-betul serta memahami
bagaimana cara menyuntik mencit dengan benar, yaitu memahami
teknik pemberian obat secara oral, intra muscular, intra peritoneal dan
subkutan.
G.
Saran
Saran untuk praktikum atau
praktikan selanjutnya yaitu agar semua bahan yang diperlukan dalam melakukan
praktikum ini hendaknya dilengkapi secepatnya. Selain itu, praktikan juga harus
memperhatikan betul bagaimana cara-cara pemberian obat pada hewan uji (mencit)
serta dipahami dengan baik supaya saat melakukan penyuntikkan tidak menyakiti
hewan uji (mencit) tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Adnan dan Mu’nisa. 2013. Penuntun Praktikum
Perkembangan Hewan.
Makassar: Jurusan Biologi FMIPA UNM.
Adnan. 2011. Farmakologi. Tersedia
di http://kesmasunsoed.blogspot.com/2011/02/
pengantar-farmakologi.html. diakses pada tanggal 26 November 2013.
Katzung, Bertram G. 2001. Farmakologi Dasar dan Klinik. Jakarta: Salemba Medika.
Wikipedia.2013. Mencit. http://id.wikipedia.org/wiki/Mencit. di akses pada
tanggal 26 November 2013.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar