BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Pergerakan air melalui membran selektif
permiabel biasa disebut osmosis. Hal itu terjadi ketika dua larutan mempunyai
perbedaan konsentrasi total larutan atau osmolality. Hewan yang memelihara
keseimbangan antara cairan tubuh dengan keadaan lingkungan sekitar disebut
osmoconfer.
Organisme
harus melakukan osmoregulasi karena harus terjadi keseimbangan antara substansi
tubuh dan lingkungan. Membran sel yang permeabel merupakan tempat lewatnya
beberapa substansi yang bergerak cepat. Adanya perbedaan tekanan osmosis antara
cairan tubuh dan lingkungan. Semakin jauh perbedaan tekanan osmose antara tubuh
dan lingkungan, semakin banyak energi metabolisme yang dibutuhkan untuk
melakukan osmoregulasi sebagai upaya adaptasi. Karena perbedaan proses
osmoregulasi pada beberapa golongan ikan, maka struktur organ-organ
osmoregulasinya juga kadang berbeda. Beberapa organ yang berperanan dalam
proses osmoregulasi ikan, antara lain insang, ginjal, dan usus. Organ-organ ini
melakukan fungsi adaptasi di bawah kontrol hormon osmoregulasi, terutama
hormon-hormon yang disekresi oleh pituitari, ginjal, dan urofisis (Fujaya,
2004).
Osmoregulasi
adalah kemampuan organisme untuk mempertahankan keseimbangan kadar dalam tubuh,
didalam zat yang kadar garamnya berbeda. Secara sederhana hewan dapat
diumpamakan sabagai suatu larutan yang terdapat di dalam suatu kantung membran
atau kantung permukaan tubuh. Hewan harus menjaga volume tubuh dan kosentrasi
larutan tubuhnya dalam rentangan yang agak sempit. Yang menjadi masalah adalah
konsentrasi yang tepat dari cairan tubuh hewan selalu berbeda dengan yang ada
dilingkungannya. Perbedaan kesentrasi tersebut cenderung mengganggu keadaan
kondisi internal. Hanya sedikit hewan yang membiarkan kosentrasi cairan tubuhnya
berubah-ubah sesuai degan lingkungannya dalam kedaan demikian hewan dikatakan
melakukan osmokonfirmitas (Wulangi, 1993).
Osmoregulator
merupakan hewan yang harus menyesuaikan osmolaritas internalnya, karena cairan
tubuh tidak isoosmotik dengan lingkungan luarnya. Seekor hewan osmoregulator
harus membuang kelebihan air jika hewan itu hidup dalam lingkungan
hiperosmotik. Kemampuan untuk mengadakan osmoregulasi membuat hewan mampu
bertahan hidup, misalnya dalam air tawar dimana osmolaritas tertentu rendah
untuk mendukung osmokonformer, dan didarat dimana air umumnya tersedia dalam
jumlah yang sangat terbatas. (Wulangi,1993).
B. Rumusan
Masalah
Rumusan masalah dari
makalah ini adalah sebagai berikut :
1.
Apakah pengertian osmoregulasi?
2.
Bagaimana osmoregulasi pada hewan darat?
C. Tujuan
Tujuan dari makalah
ini adalah sebagai berikut:
1.
Mengetahui pengertian osmoregulasi.
2.
Mengetahui osmoregulasi pada hewan darat.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Osmoregulasi
Osmoregulasi
pada hewan di lingkungan Darat, yaitu memiliki keuntungan hewan yang berhasil
hidup di darat dan mudah memperoleh oksigen. Sedangkan kerugiannya yaitu
masalah keseimbangan air dan ion mudah terancam dehidrasi. Kehilangan air yaitu
berupa penguapan yang dipengaruhi oleh kandungan uap air di atmosfer, gerakan
udara, tekanan barometrik, luas pertmukaan penguapan, dan suhu. Pada invertebrata darat, umumnya merupakan
Antropoda, Insekta , dan laba-laba, yang paling banyak adalah insekta. Untuk
membatasi pelepasan air dilakukan respirasi discontinue dan karbon dioksida
dilepaskan secara periodic (setiap kali inspiratisi tidak selalu di ikuti
dengan ekspirasi) (Cambell, 2012)
Osmoregulasi
adalah proses mengatur konsentrasi cairan dan menyeimbangkan pemasukan serta
pengeluaran cairan tubuh. Proses osmoregulasi diperlukan karena adanya
perbedaan konsentrasi cairan tubuh dengan lingkungan di sekitarnya. Jika sebuah
sel menerima terlalu banyak air maka ia akan meletus, begitu pula
sebaliknya,jika terlalu sedikit air maka sel akan mengerut dan mati.
Osmoregulasi juga berfungsih ganda sebagai sarana untuk membuang zat-zat yang
tidak diperlukan oleh sel dan organisme hidup (Bentley, 2012).
Osmoregulasi sebagian besar didasarkan pada pergerakan terkontrol
dari zat zat terlarut antara cairan internal dan lingkunganya eksternal, serta
pergerakan air yang mengikuti osmosis. Osmoregulasi menyeimbangkan pengambilan
dan kehilangan air dan zat terlarut. Semua hewan terlepas dari filogeni,
habita, atau tipe zat buangan yang dihasilkan menghadapi kebutuhan osmoregulasi
yang sama. Lama kelamaan, pengambilan dan kehilangan air haruslah seimbang.
Jika pengambilan air berlebihan sel sel hewan membengkak dan pecah, jika
kehilangan air terlalu banyak, mereka mengerut dan mati (Bentley,
2002).
Osmoregulasi berfungsi
untuk mempertahankan komposisi kandungan kandungan seluler, namun sebagian
hewan melakukan ini secara dengan mengelola komposisi cairan tubuh internal
yang merendam sel sel. Pada serangga dan hewan lain dengan sistem sirkulasi
terbuka, cairan ini merupakan hemolimfe. Pada vertebrata dan hewan hewan lain
dengan sistem sirkulasi tertutupsel sel terendam dalam cairan interstisial yang
mengandung campuran zat zat terlarut yang dikontrol secara tak langsung oleh
darah (Cambell,
2012).
B.
Tantangan Osmotik
Seekor hewan dapat
mempertahankan keseimbangan air dengan dua cara, yang pertama adalah menjadi
osmokonformer, yang isoosmotik dengan sekitarnya, yang kedua menjadi
osmoregulator, yang mengontrol osmolaritas internal terlepas dari osmolaritas
lingkunganya (Cambell, 2012).
Gambar.
Konsentrasi zat terlarut dan osmosis
Osmoregulasi memungkinkan hewan hidup di
lingkungan yang tidak bisa dihuni oleh osmokonformer, misalnya perairan twar dan
habitat darat. Osmoregulasi juga memungkinkan banyak hewan laut untuk
mempertahankan osmolaritas internal yang berbeda dari osmolaritas air laut.
Agar sintas di lingkungan yang hipoosmotik, osmoregulator harus membuang
kelebihan air. Dalam lingkungan hiperosmotik, osmoregulator harus mengambil air
agar impas dengan kehilangan osmotik. Osmoregulator adalah
mekanisme yang menjaga osmolaritasnya tanpa tergantung lingkungan sekitar.
Karena kemampuan meregulasi maka osmoregulator dapat hidup di lingkungan air
tawar, daratan, serta lautan. Di lingkungan dengan konsentrasi cairan yang
rendah osmoregulator akan melepaskan cairan yang berlebih, dan sebaliknya,
(Bentley, 2012).
Sebagian besar hewan baik osmokonformer atau osmoregulator, tidak
dapat mentoleransi perubahan besar dalam osmolaritas eksternaldan disebut
stenohalin. Sebaliknya hewan eurihalin mencakup osmokonformer dan osmoregulator
tertentu dapat sintasmenghadapi fluktuasi osmolaritas eksternal yang besar. Osmokonormer merupakan
hewan yang tidak mampu mempertahankan tekanan osmotik di dalam tubuhnya, oleh
karena itu hewan harus melakukan berbagai adaptasi agar dapat bertahan didalam
tempat hidupnya. Adaptasi dapat dilakukan sepanjang perubahan yang terjadi pada
lingkungannya tidak terlalu besar dan masih ada dalam kisaran konsentrasi yang
dapat di terimanya. Jika perubahan lingkungan terlalu besar maka hewan yang
melakukan osmokonformer tidak dapat bertahan hidup di tempat tersebut (Bentley,
2002).
C.
Hewan Darat
Ancaman dehidrasi merupakan
masalah regulasi utama bagi tumbuhan dan hewan darat. Manusia, misalnya, mati
jika kehilangan sedikinya 12% air tubuhnya ( unta gurun dapat bertahan dua kali
dari itu). Adaptasi adaptasi yang mengurangi kehilangan air adalah kunci
kesintasan di darat. Seperti kutikula berlilin yang sangat berkontribusi
terhadap keberhasilan tumbuhan darat, penutup tubuh sebagian hewan darat untuk
memcengah dehidrasi. Contohnya, lapisan berlilin eksoskeleton serangga,
cangkang bekicot, dan sel sel berkeratin yang menutupi sebagian besar
vertebrata darat, termasuk manusia.
Kebanyakan hewan darat, terutama penghuni gurun, bersifat nocturnal,
yang mengurangi kehilangan air evaporative akibat udara malam yang bersuhu
lebih rendah dan berkelembagaan relatif lebih tinggi (Cambell,2012).
Meskipun memilik adaptasi adaptasi tersebut, sebagian besar hewan
darat kehilangan air melalui berbagai rute: dalam urin dan fases, melalui
kulitnya, dan dari permukaan yang lembab pada organ organ pertukaran gas. Hewan
darat mempertahankan keseimbangan air dengan meminum dan mengkomsumsi makanan
lembab serta menghasilkan air secara metabolis melalui respirasi seluler.
Sejumlah hewan gurun, termasuk banyak burung pemakan serangga dan reptil
teradaptasi dengan cukup baik untuk meminimalisis kehilangan air sehingga mereka
dapat sintas tanpa minum (Cambell, 2012).
Gambar.
Keseimbangan air pada dua hewan darat.
Gambar. Aliran keluar dan masuknya
cairan.
Menurut Cambell, 2012 adaptasi
ginjal vertebrata terhadap beraneka ragam lingkungan.
1.
Mamalia
Nefron juksta medularis,
dengan ciri ciri yang memekatkan urin, merupakan adaptasi kunci untuk kehidupan
darat, memungkinkan mamalia membuang garam garam dan zat zat buangan
bernitrogen tanpa menyianyiakan air. Kemampuan ginjal untuk menghasilkan urin
hiperosmotik bergantung pada susunan tubulus dan saluran pengumpul yang tepat
di dalam korteks dan medula. Dalam hal ini, ginjal adalah salah satu contoh
yang paling jelas tentang bagaimana fungsi organ tak terpisahkan dari
strukturnya.
Mamalia yang
mengekspresikan urin yang paling hiperosmotik, misalnya tikus pelompat
Australia, tikus kangguru amerika utara, dan mamalia gurun lainya, memiliki
lengkung henle yang membentang jauh ke dalam medulla. Lengkung henle yang
panjang mempertahankan gradient osmotic yang curam di dalam ginjal,
menghasilkan urin yang menjadi sangat pekat saat mengalir dari korteks ke medulla
di dalam saluran pengumpul.
Sebaliknya, berang
berang, tikus kesturi, dan mamalia akuatik lainya yang menghabiskan sebagian
besar waktunya dalam perairan air tawar dan jarang menghadapi masalah dehidrasi
memiliki nefron dengan lengkung henle yang relative pendek, menghasilkan
kemampuan memekatkan urin yang lebih rendah. Mamalia darat yang hidup dalam
kondisi yang lembab memiliki lengkung henle yang panjangnya sedang dibandingkan
dengan yang dihasilkan oleh mamalia air tawar dan mamalia gurun.
2.
Burung
dan Reptil
Sebagian burung
hidup dalam lingkungan yang menyebabkan dehidrasi pada tunbuh. Seperti mamalia,
burung memiliki ginjal dengan nefron jukstamedularis yang terspesialisasi untuk
mengonservasi air. Akan tetapi, nefron burung memiliki lengkung henle yang
membentang tidak terlalu jauh ke dalam medulla seperti mamalia. Dengan demikian
ginjal burung tidak dapat memekatkan urin hingga osmolaritas tinggi seperti
yang dicapai oleh ginjal mamalia. Walaupun burung dapat menghasilkan urin
hiperosmotik, adaptasi konservasi air utamanya adalah memiliki asam urat
sebagai molekul buangan bernitrogen. Karena asam urat dapat diekskresikan
sebagai pasta,
senyawa ini mereduksi volume air.
Gambar.
Bagian tubuh kadal.
3.
Amfibi
Ginjal amfibia
memiliki fungsi yang sangat mirip dengan ginjal ikan air tawar. Ketika berada
dalam air tawar, ginjal katak mengekskresikan urin encer sementar kulitnya
mengakumulasi garam garam tertentu dari air melalui transport aktif. Di darat,
saat dehidrasi merupakan masalah osmoregulasi yang paling mendesak, katak
mengosservasi cairan tubuh dengan mereabsorpsi air melalui epitelum kandung
kemih.
Gambar. Bagian tubuh Katak.
4.
Serangga
Kehilangan air pada serangga
terutama terjadi melalui proses penguapan. Hal ini dikarenakan serangga
memiliki ratio luas permukaan tubuh dengan masa tubuhnya sebesar 50 kali,
bandingkan dengan mamalia yang mempunyai rasio luas permukaan tubuh terhadap
masa tubuhnya yang hanya ½ kali. Jalan utama kehilangan air pada serangga
adalah melalui spirakulum untuk mengurangi kehilangan air dari tubuhnya maka
kebanyakan serangga akan menutup spirakelnya pada saat diantara dua gerakan pernapasannya.
Cara mengatasi yang lain adalah dengan meningkatkan impermeabilitas kulitnya,
yaitu dengan memiliki kutikula yang berlilin yang sangat impermeable terhadap
air, sehingga serangga sedikit sekali kehilangan air melalui kulitnya. Sebagai
organ ekskretori serangga memiliki badan Malphigi yang bersama-sama dengan
saluran pencernaan bagian belakang membentuk sistem ekskretori
osmoregulatori.
Gambar.
Bagian tubuh Serangga.
5.
Annelida
Cacing tanah seperti Lumbricus terestris merupakan regulator hiperosmotik yang efektif. Hewan ini secara aktif mengabsorbsi ion-ion. Urine yang diproduksinya encer, yang secara esensial bersifat hipoosmotik mendekati isoosmotik terhadap darahnya. Diduga konsentrasi urinnya disesuaikan menurut kebutuhan keseimbangan air tubuhnya. Homeostasis regulasi juga dilakukan dengan pendekatan prilaku yaitu aktif dimalam hari dan menggali tanah lebih dalam bila permukaan tanah kering.
Gambar. Bagian tubuh cacing pipih.
6.
Molusca
Pada tubuh keong/siput memiliki
permukaan tubuh berdaging yang sangat permeable terhadap air. bila dikeluarkan
dari cangkangnya, maka air akan hilang secepar penguapan air pada seluas
permukaan tubuhnya. Semua keoang atau siput bernapas terutama dengan paru-paru
yang terbentuk dari mantel tubuhnya dan terbuka keluar melalui lubang kecil.
Toleransi terhadap air sangat tinggi. Tekanan osmotik cairan internal
bervariasi secara luas tergantung kandungan air lingkungannya. Untuk
menghindari kehilangan air yang berlebih, keong atau siput lebih aktif dimalam
hari dan bila kondisi bertambah kering , keoang akan berlindung dengan
membenamkan diri kedalam tanah serta menutup cangkangnya dengan semacam
operculum yang berasal dari lendir yang dikeluarkannya. Banyak keong darat yang
secara rutin mengeluarkan suatu zat yang mengandung nitrogen dalam bentuk asam
urat yang sulit larut dalam air, yang terbukti bahwa ternyata zat ini meningkat
pada beberapa spesies dalam masa kesulitan mendapatkan air. Selama masa
estivasi (tidur musim panas) asam urat ini disimpan dalam ginjal dengan maksud
mengurangi kehilangan air untuk menekskresikan nitrogen tersebut. Banyak
spesies keong yang menyimpan air didalam rongga mantelnya yang rupanya digunakan
pada liungkungan kering.
Gambar. Bagian tubuh siput.
DAFTAR PUSTAKA
Cambel,
dkk.2012. Biologi Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Fujaya, Y. 2004. Fisiologi Ikan.
Jakarta: Rineka Cipta
P.J. Bentley. 2002.
Endocrine and Osmoregulation: Acomprative account in vertebrate. The
university of Jerman.
Wulangi, S Kartolo. 1993. Prinsip-prinsip
fisiologi Hewan. Bandung: DepDikBud