Selasa, 11 November 2014

LAPORAN SIKLUS REPRODUKSI



A.  Dasar Teori
Pada hewan betina yang dewasa seksual dikenal adanya siklus reproduksi. Siklus reproduksi adalah siklus seksual yang terdapat pada individu betina dewasa seksual dan tidak hamil yang meliputi perubahan-perubahan siklik pada organ-organ reproduksi tertentu misalnya ovarium, uterus, dan vagina di bawah pengendalian hormon reproduksi. Siklus reproduksi meliputi antara lain siklus esterus, siklus ovarium, dan siklus menstruasi (Adnan, 2008).
Siklus reproduksi pada mamalia primate disebut siklus menstruasi, sedangkan siklus reproduksi pada non-primata disebut siklus estus. Siklus estrus ditandai dengan adanya estrus (birahi). Pada saat estrus, hewan betina reseptif terhadap hewan jantan, dan kopulasinya kemungkinan besar fertile sebab dalam ovarium sedang terjadi ovulasi dan uterusnya berada pada fase yang tepat untuk implantasi. Dari satu estrus ke estrus berikutnya disebut satu estrus. Panjang siklus estrus pada tikus mencit 4-5 hari, pada babi, sapi, dan kuda 21 hari, pada marmot 15 hari (Adnan dan Mu’nisa, 2013).
Siklus awal adalah sekitar 50 hari usia di kedua perempuan dan laki-laki, meskipun mungkin betina estrus pertama mereka pada 25-40 hari. Tikus rumah dan berkembang biak sepanjang tahun,  ovulasi spontan. Lamanya siklus estrus 4-5 hari dan estrus itu sendiri berlangsung sekitar 12 jam, terjadi di malam hari. Vagina sendiri  berguna dalam perkawinan waktunya untuk menentukan tahap siklus estrus.  Perkawinan biasanya terjadi pada malam hari dan dapat dikonfirmasi oleh kehadiran sebuah peluang sanggama di vagina hingga 24 jam pasca-sanggama. Kehadiran sperma pada vagina sendiri juga merupakan indikator yang dapat diandalkan kawin. Betina tikus ditempatkan bersama-sama cenderung masuk ke anestrus. Jika terkena laki-laki tikus, sebagian besar perempuan akan masuk ke estrus dalam waktu sekitar 72 jam  (Wikipedia, 2013).
Siklus estrus dibagi dalam beberpa tahap yaitu siestrus (anestrus), proestrus, estrus, dan metestrus. Tahap-tahap siklus dapat ditentukan dengan melihat gambaran gambaran sitology apusan vagina. Pada saat estrus apusan vagina memperlihatkan sel-sel epitel menanduk (Adnan dan Mu’nisa, 2013).
          Pada fase estrus yang dalam bahasa latin disebut oestrus yang berarti “kegilaan” atau “gairah”, hipotalamus terstimulasi untuk melepaskan gonadotropin-releasing hormone (GRH). Estrogen menyebabkan pola perilaku kawin pada mencit, gonadotropin menstimulasi pertumbuhan folikel yang dipengaruhi follicle stimulating hormone (FSH) sehingga terjadi ovulasi. Kandungan FSH ini lebih rendah jika dibandingkan dengan kandungan luteinizing hormone (LH) maka jika terjadi coitus dapat dipastikan mencit akan mengalami kehamilan. Pada saat estrus biasanya mencit terlihat tidak tenang dan lebih aktif, dengan kata lain mencit berada dalam keadaan mencari perhatian kepada mencit jantan. Fase estrus merupakan periode ketika betina reseptif terhadap jantan dan akan melakukan perkawinan, mencit jantan akan mendekati mencit betina dan akan terjadi kopulasi. Pada kedua kasus ini ovulasi terjadi pada suatu waktu dalam siklus ini setelah endometrium mulai menebal dan teraliri banyak darah, karena menyiapkan uterus untuk kemungkinan implantsi embrio. Satu perbedaan antara kedua siklus itu melibatkan nasib kedua lapisan uterus jika kehamilan tidak terjadi. Pada siklus mnestruasi endometrium akan meluruh dari uterus melalui serviks dan vagina dalam pendarahan yang disebut sebagai menstruasi. Pada siklus estrus endometrium diserap kembali oleh uterus, dan tidak terjadi pendarahan yang banyak (Campbell, 2004).
Banyak hewan ketika berahi menjadi sangat aktif. Babi dan sapi pada saat berahi berjalan empat atau lima kali lebih banyak dibandingkan dengan sisa masa siklusnya. Aktivitas yang tinggi ini disebabkan oleh esterogen. Tikus yang berada di dalam kandang berlari secara spontan jauh lebih banyak ketika berahi dibandingkan selama diestrus (Nalbandov, 1990).
Pada species dengan siklus yang lebih panjang seperti wanita dan hewan domestikasi, akan mengalami keterlambatan satu sampai beberepa hari dari perubahan ovarium. Kecuali itu, betina dengan siklus panjang menunjukkan variasi individu yang sangat nyata dan menyebabkan aplikasi teknik apusan vagina kurang tepat dan kurang berguna (Nalbandov, 1990).
Fase menstruasi terjadi bila ovum tidak dibuahi sehingga tidak ada implantasi. Tidak adanya implantasi menyebabkan tidak terbentuknya plasenta. Tidak adanya plasenta menyebabkan tidak terbentuknya human chorionic gonadotrophin (hCG), sehingga tidak ada yang memelihara korpus luteum. Akibatnya korpus luteum berdegenerasi. Degenerasi korpus luteum menjadi korpus albican menyebabkan produksi progesteron menurun secara drastis hingga mencapai kadar yang tidak mempu mempertahankan penebalan endometrium. Akibatnya terjadi penyusutan dan peluruhan endometrium (Junqueiro dan Carneiro, 1982).
Puncak peristiwa siklus estrus adalah pecahnya folikel dan terlepasnya ovum dari ovarium. Pada sapi, 75% mengalami ovulasi 12 s/d 14 jam setelah berahi berakhir; yang lain mengalami ovulasi lebihawal, yaitu 2,5 jam sebelum berahi berakhir. Pada wanita akan mengalami ovulasi kira-kira hari ke 14 dari siklus. Pada beberapa hewan, variasi saat ovulasi tidak jelas. Hampir mayoritas kelinci tanpa memperhatikan bangsanya, ovulasiterjadi 10 s/d 11 jam setelah kopulasi atau sesudah injeksi dengan hormone yang mengindukdi ovulasi. Pada tikus dan mencit, panjang siklus dan saat ovulasi sangat konstan pada setiap macam strain (Nalbandov, 1990).
B.  Tujuan Praktikum
Diharapkan mahasiswa dapat:
1.    Membedakan sel-sel hasil apusan vagina
2.    Menentukan tahap siklus yang sedang dialami oleh hewan betina
C.  Prosedur Kerja
1.    Memasukkan pipet tetes yang sudah diusap alkohol 70% kedalam vagina mencit kira-kira sedalam ½ cm, lalu putar dengan hati-hati. Lalu menyemprotkan larutan NaCl 0,9% ke dalam vagina mencit dengan menggunakan pipet tetes yang halus. Menyemprotkan dan menyedot berulang kali hingga cairan di dalam pipet tampak keruh.
2.    Diatas kaca objek, mengoleskan pipet tetes tadi atau meneteskan sedikit cairan keruh dari pipet penyemprot.
3.    Meneteskan larutan metilen blue dalam larutan Nacl 0,9% keatas kaca objek tersebut membiarkan selama 3-5 menit.
4.    Membuang kelebihan zat warna, lalu membilas dengan aquades.
5.    Mengeringkan dan mengamati di bawah miksroskop
6.    Menentukan gambaran sitology apusan vagina dan tahap siklus reproduksinya seperti :
a.    Diestrus
b.    Proestrus
c.    Estrus
d.   Metestrus













D.  Hasil Pengamatan
1.    Fase Estrus
Gambar Pengamatan
Keterangan
Gambar Pembanding


1.    Sel epitel menanduk

2.    Fase Metestrus
Gambar Pengamatan
Keterangan
Gambar Pembanding


1.    Sel epitel menanduk
2.    Leukosit

3.    Fase Diestrus
Gambar Pengamatan
Keterangan
Gambar Pembanding


1.    Sel epitel menanduk yang belum terbongkar
2.    Leukosit
3.    Epitel berinti






4.    Fase Proestrus
Gambar Pengamatan
Keterangan
Gambar Pembanding


1.    Epitel berinti
2.    Leukosit



E.  Pembahasan
Pada saat praktikum berlangsung yang pertama kami lakukan adalah menyiapkan alat-alat dan bahan yang akan digunakan untuk memeriksa siklus reproduksi yang dialami oleh mencit betina. Mencit (Mus musculus), mempynyai empat fase estrus utama, namun pada praktikum yang telah kami lakukan, kami tidak menemukan fase proestrus. Akan tetapi, praktikan akan membahas fase proestrus menurut teori yang ada.
Adapun fase utaman dalam siklus reproduksi mencit betina yaitu:
1.    Fase estrus
Pada mencit I, pertama-tama kami memberikan perlakuan dengan mengusap vagina mencit dengan alkohol, kemudian memasukkan pipet tetes yang berisi NaCl 0,9%. Menyemprotkan dan menyedot berulang kali hingga cairan di dalam pipet tampak keruh, kemudian ketika mendapatkan cairan yang keruh kami letakkan di atas objek glass dengan menambahkan metilen blue dan kemudian diamati di mikroskop.
Hasil pengamatan yang kami lakukan bahwa mencit sedang mengalami fase estrus, dimana tampak adanya epitel menanduk yang banyak. Akan tetapi, tidak adanya kelihatan epitel berinti. Berdasarkan teori yang menyatakan bahwa Fase estrus, adalah fase yang ditandai dengan adanya sel-sel epitel menanduk yang sangat banyak, dan beberapa sel epitel dengan inti yang berdegenerasi. Lamanya fase ini kurang lebih 25 jam (Adnan, 2008).
2.    Fase Metestrus
Pada mencit II, pertama-tama kami memberikan perlakuan dengan mengusap vagina mencit dengan alkohol, kemudian memasukkan pipet tetes yang berisi NaCl 0,9%. Menyemprotkan dan menyedot berulang kali hingga cairan di dalam pipet tampak keruh, kemudian ketika mendapatkan cairan yang keruh kami letakkan di atas objek glass dengan menambahkan metilen blue dan kemudian diamati di mikroskop.
Hasil pengamatan yang kami lakukan bahwa mencit sedang mengalami fase metestrus, dimana tampak adanya epitel menanduk yang sedikit dengan leukosit yang banyak. Jadi sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa Fase metestrus adalah fase yang ditandai dengan adanya sel-sel epitel menanduk dan leukosit yang banyak. Lamanya fase ini kurang lebih 8 jam (Adnan, 2008).
3.    Fase diestrus
Pada mencit III, pertama-tama kami memberikan perlakuan dengan mengusap vagina mencit dengan alkohol, kemudian memasukkan pipet tetes yang berisi NaCl 0,9%. Menyemprotkan dan menyedot berulang kali hingga cairan di dalam pipet tampak keruh, kemudian ketika mendapatkan cairan yang keruh kami letakkan di atas objek glass dengan menambahkan metilen blue dan kemudian diamati di mikroskop. 
Hasil pengamatan yang kami lakukan bahwa mencit sedang mengalami fase diestrus, dimana tampak adanya epitel menanduk yang belum terbongkar, epitel berinti yang sedikit dan leukosit yang banyak. Berdasarkan dengan teori yang menyatakan bahwa Fase diestrus, adalah fase yang ditandai dengan adanya sel-sel epitel berinti dalam jumlah yang sangat sedikit dan leukosit dalam jumlah yang sangat banyak. Lamanya fase ini kurang lebih 55 jam (Adnan, 2008).
4.    Fase Proestrus
Pada mencit IV, pertama-tama kami memberikan perlakuan dengan mengusap vagina mencit dengan alkohol, kemudian memasukkan pipet tetes yang berisi NaCl 0,9%. Menyemprotkan dan menyedot berulang kali hingga cairan di dalam pipet tampak keruh, kemudian ketika mendapatkan cairan yang keruh kami letakkan di atas objek glass dengan menambahkan metilen blue dan kemudian diamati di mikroskop. 
Berdasarkan hasil pengamatan tampak adanya sel-sel epitwl berinti yang banyak dengan leukosit yang sediki. Sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa Fase proestrus adalah fase yang ditandai dengan adanya sel-se epitel berintil berbentuk bulat, leukosit tidak ada atau sangat sedikit. Lamanya fase ini kurang lebih 18 jam (Adnan, 2008).
F.   Kesimpulan
             Dari hasil praktikum diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa:
1.    Perbedaan dari tiap-tiap apusan vagina
a.       Pada fase Diestrus, kita dapat mengetahui ciri-ciri fase ini yaitu ditandai dengan adanya sel-sel epitel berinti dalam jumlah yang sangat sedikit dan sebaliknya leukosit dalam jumlah yang sangat banyak. Fase ini dikenal dengan masa istirahat karena ovarium dan alat kelamin luar tidak mengalami perubahan.
b.      Fase Proestrus merupakan fase yang ditandai dengan adanya sel-sel epitel yang berinti berbentuk bulat, kemudian tidak memiliki leukosit atau ada namun hanya sedikit.
c.       Fase Estrus merupakan fase yang ditandai dengan adanya sel-sel epitel menunduk yang sangat banyak, dan beberapa sel epitel dengan inti yang berdegenerasi.
d.      Fase Metestrus merupakan fase yang ditandai dengan adanya sel-sel epitel menanduk dan memiliki leukosit yang banyak.
2.    Tahap-tahap siklus reproduki yang dialami adalah fase estrus, metestrus, dietrus dan proestrus.
G. Saran
 Saran untuk praktikum atau praktikan selanjutnya yaitu agar semua bahan yang diperlukan dalam melakukan praktikum ini hendaknya dilengkapi secepatnya. Selain itu, praktikan juga harus memperhatikan betul bagaimana cara-cara memasukkan pipet tetes dalam vagina mencit dan dipahami dengan baik supaya saat melakukan penyedotan tidak menyakiti hewan uji (mencit) tersebut. Serta menjaga kebersihan dalam ruangan.

DAFTAR PUSTAKA
Adnan dan Mu’nisa. 2013. Penuntun Praktikum Perkembangan Hewan. Makassar: Jurusan Biologi FMIPA UNM.
Adnan. 2008. Perkembangan Hewan. Makassar: Jurusan Biologi FMIPA UNM.
Campbell, Reece, dan Mitchel. 2004. Biologi Edisi 5 Jilid 2. Jakarta: Erlangga
Junqueri, L. C. Dan Carnerio. J. 1980. Histologi Dasar. California: Lange Medical Publishing.
Nalbandov, V. V. 1990. Fisiologi Reproduksi pada Mamalia Dan Unggas. Jakarta: Universitas Indonesia.
Wikipedia.2013. Mencit. http://id.wikipedia.org/wiki/Mencit. di akses pada tanggal 03 Desember  2013.

LAMPIRAN
Pertanyaan:
1.    Jelaskan hubungan antara siklus vagina, siklus uterus, dan siklus ovarium dalam kaitannya dengan siklus estrus!
2.    Hormon-hormon apakah yang berperan dalam mengatur siklus reproduksi pada manusia? Jelaskan pengaruh masing-masing hormon tersebut!
3.    Apakah beda siklus menstruasi dari siklus estrus?
Jawaban:
1.    Hubungan antara siklus vagina, siklus uterus, dan siklus ovarium dengan siklus estrus yaitu pada saat siklus estrus terjadi maka vagina, uterus dan ovarium akan mengalami perubahan-perubahan. Perubahan-perubahan itu antara lain: 1) Vagina, perubahan-perubahan yang berlangsung pada vagina meliputi perubahan histologi epitel yang tergambar pada saat dilakukan pengamatan apusan vagina. Epitel vagina secara siklik dirusak dan dibentuk kembali selama siklus, bervariasi dari bentuk skuama berlapis hingga kuboid rendah. 2) Uterus, Perubahan yang sangat nyata terjadi di endometrium dan kelenjarnya. Selama fase folikuler dari siklus estrus, kelenjar uterus sederhana dan lurus dengan sedikit cabang. Penampilan kelenjar uterus ini menandakan untuk stimulasi esterogen. Selama fase luteal, yakni saat progeteron beraksi terhadap uterus, endometrium bertambah tebal secara mencolok. Diameter dan panjang kelenjar meningkat secara cepat, menjadi bercabang-vabang dan berkelok-kelok. 3) Ovarium, Puncak peristiwa siklus estrus adalah pecahnya folikel dan terlepasnya ovum dari ovarium.
2.    Fungsi hormon yang berperan dalam mengatur siklus reproduksi pada manusia:
a.    Hormon GnRH (Gonadotrophin Releasing Hormon) berfungsi menstimulasi hipofisis anterior untuk memproduksi dan melepaskan hormon-hormon gonadotropin (FSH/LH).
b.    Hormon FSH (Follicle Stimullating Hormone) berfungsi Merangsang pematangan folikel dalam ovarium dan menghasilkan estrogen, mengendalikan ciri seksual pria & wanita (penyebaran rambut, pembentukan otot, tekstur & ketebalan kulit, suara dan bahkan mungkin sifat kepribadian)
c.    Hormon LH (Lutinizing Homone)/ICSH (Interstitial Cell Stimulating Hormon) erfungsi mempengaruhi pematangan folikel dalam ovarium dan menghasilkan progestron, mengendalikan fungsi reproduksi (pembentukan sperma & sementum, pematangan sel telur, siklus menstruasi.
d.   Hormon Estrogen berfungsi mengendalikan perkembangan ciri seksual & sistem reproduksi wanita, saat pembentukan kelamin sekunder wanita, seperti bahu mulai berisi, tumbuhnya payudara, pinggul menjadi lebar, dan rambut mulai tumbuh di ketiak dan kemaluan. Di samping itu, hormon enstrogen juga membantu dalam pembentukan lapisan endometrium.
e.    Progesteron berfungsi mempersiapkan lapisan rahim untuk penanaman sel telur yang telah dibuahi, mempersiapkan kelenjar susu untuk menghasilkan susu, menjaga penebalan endometrium, menghambat produksi hormon FSH, dan memperlancar produksi laktogen (susu).
f.     HCG (Human Chorionic Gonadotrophin) Berfungsi meningkatkan dan mempertahankan fungsi korpus luteum dan produksi hormon-hormon steroid terutama pada masa-masa kehamilan awal.
g.    LTH (Lactotrophic Hormon) / Prolactin berfungsi untuk memicu / meningkatkan produksi dan sekresi air susu oleh kelenjar payudara. Di ovarium, prolaktin ikut mempengaruhi pematangan sel telur dan mempengaruhi pematangan sel telur dan mempengaruhi pematangan sel telur dan mempengaruhi fungsi korpus luteum.
3.    Perbedaan siklus estrus dan msiklus menstruasi:
ü Hewan yang sedang estrus mengalami dorongan seksual yang sangat kuat namun singkat selama pertengahan masa estrus, tetapi tidak reseptif secara seksual di masa-masa lain; sementara reseptivitas seksual terjadi sepanjang siklus menstruasi.
ü Secara fisik, estrus mempersiapkan saluran reproduksi betina bagi kopulasi, sedangkan siklus menstruasi melibatkan persiapan yang amat rumit agar endometrium siap bagi implantasi sel telur yang terfertilisasi. Sebagai akibatnya, jika fertilisasi tidak terjadi, penebalan dinding uterus.
ü Apapun yang telah dipersiapkan pada hewan-hewan yang mengalami estrus akan diserap kembali; pada hewan-hewan yang mengalami menstruasi, pelapis-pelapis hipertrofik meluruh sebagai aliran darah menstruasi.
ü Peristiwa-peristiwa pada siklus estrus lebih mudah terpengaruh oleh lingkungan daripada siklus menstruasi.
ü Waktu kawin, Pada hewan yang mengalami siklus estrue perkawinan hanya terjadi pada fase estrus saja sedangkan pada primata dan manusia yang mengalami siklus menstruasi perkawinan dapat terjadi kapan saja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar