Selasa, 11 November 2014

PEMBERIAN OBAT PADA HEWAN UJI



A.  Dasar Teori
Hewan mencit atau Mus musculus adalah tikus rumah biasa termasuk ke dalam ordo rodentia dan family muridae. Mencit dewasa biasa memiliki berat antara 25-40 gram dan mempunyai berbagai macam warna. Mayoritas mencit laboratorium adalah strain albino yang mempunyai bulu putih dan merah muda. Mencit merupakan hewan yang tidak mempunyai kelenjar keringat, jantung terdiri atas empat ruang dengan dinding atrium yang tipis dan dinding ventrikel yang lebih tebal. Dengan mengetahui sifat-sifat karakteristik hewan yang akan diuji diharapkan lebih menyesuaikan dan tidak diperlakukan tidak wajar. Di dalam dosis yang dipakai untuk penggunaan suatu obat harus sesuai dengan data mengenai penggunaan dosis secara kuantitatif, dikarenakan bila obat itu diaplikasikan kepada manusia dilakukan perbandiingan luas permukaan tubuh (Adnan dan Mu’nisa, 2013).
Klasifikasi Mencit atau Tikus Putih yaitu:
Kingdom    : Animalia
Filum       : Chordata
Class        : Mamalia
Ordo        : Rodentia
Famili       : Muridae
Genus      : Mus
Species     : Mus musculus (Wikipedia, 2013).
Rute pemberian obat ( Routes of Administration ) merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi efek obat, karena karakteristik lingkungan fisiologis anatomi dan biokimia yang berbeda pada daerah kontak obat dan tubuh karakteristik ini berbeda karena jumlah suplai darah yang berbeda; enzim-enzim dan getah-getah fisiologis yang terdapat di lingkungan tersebut berbeda. Hal-hal ini menyebabkan bahwa jumlah obat yang dapat mencapai lokasi kerjanya dalam waktu tertentu akan berbeda, tergantung dari rute pemberian obat (Katzug, B.G, 2001).
Pemberian obat per oral merupakan pemberian obat paling umum dilakukan karena relatif mudah dan praktis serta murah. Kerugiannya ialah banyak faktor dapat mempengaruhi bioavailabilitasnya (faktor obat, faktor penderita, interaksi dalam absorpsi di saluran cerna). Intinya absorpsi dari obat mempunyai sifat-sifat tersendiri. Beberapa diantaranya dapat diabsorpsi dengan baik pada suatu cara penggunaan, sedangkan yang lainnya tidak (Ansel, 1989).
Menurut Ansel (1989),mekanisme absorbsi obat dalam berbagai rute pemberian, yaitu: 1) Rute Enteral yang terdiri dari oral, sublingual, rektal dan pervaginam. 2) Rute Parental yang terdiri dari:
1.    Intravena, masuk melalui pembuluh darah balik (vena), memberikan efek sistematik
2.    Intrakardia, menembus jantung, memberi efek sistemik
3.    Intrakutan, menembus kulit, memberi efek sistemik
4.    Subkutan,dibawah kulit, memberi efek sistemik
5.    Intramuskular, menembus otot daging, memberi efek sistemik
Faktor-faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi hasil percobaan ialah faktor internal dan faktor eksternal, adapun faktor imternal yang dapat mempengaruhi hasil percobaan meliputi variasi biologik (usia dan jenis kelamin) pada usia hewan semakin muda maka semakin cepat reaksi yang ditimbulkan, ras, dan sifat genetik, status kesehatan dan nutrisi, bobt tubuh dan luas permukaan tubuh. Faktor eksternal yang dapat mempengaruhi hasil percobaan meliputi suplai oksigen, pemeliharaan lingkungan fisiologik (keadaan kandang, suasana asing atau baru, pengalaman hewan dalam penerimaan obat, keadaan ruangan tempat hidup seperti suhu, kelembaban, ventilisasi, cahaya, kebisingan serta penempatan hewan), pemeliharaan keutuhan struktur ketika menyiapkan jaringan atau organ untuk percobaan (Adnan dan Mu’nisa, 2013).
Selain pemberian topikal untuk mendapatkan efek lokal pada kulit atau membran mukosa, penggunaan suatu obat hampir selalu melibatkan transfer obat ke dalam aliran darah. Tetapi, meskipun tempat kerja obat tersebut berbeda-beda, namun bisa saja terjadi absorpsi ke dalam aliran darah dan dapat menimbulkan efek yang tidak diinginkan. Absorpsi ke dalam darah dipengaruhi secara bermakna oleh cara pemberian (Katzug, B.G, 2001).
Cara memegang hewan serta cara penetuan jenis kelaminnya perlu pula diketahui. Cara memegang hewan dari masing-masing jenis hewan adaah berbeda dan ditentukan oleh sifat hewan, keadaan fisik (besar atau kecil) serta tujuannya. Kesalahan dalam caranya akan dapat menyebabkan kecelakaan atau hips ataupun sakit bagi hewan (ini akan meyulitkan dalam melakukan penyuntikkan atau pengambilan darah misalnya) dan juga bagi orang yang memegangnya (Katzug, B.G, 2001).
B.  Tujuan Praktikum
Mahasiswa dapat mengetahui cara pemberian obat pada hewan percobaan (mencit) dengan baik dan benar dengan cara intra muscular, intra peritoneal, subkutan dan per oral.
C.  Prosedur Kerja
1.    Cara memegang hewan percobaan sehingga siap diberi sediaan uji
Ujung ekor mencit diangkat dengan tangan kanan, meletakkan pada suatu tempat yang permukaannya tidak licin (misal rem kawat pada penutup kandang), sehingga bila ditarik mencit akan mencengkram lalu kulit pada bagian tengkuk mencit dijepit daengan telunjuk dan ibu jari tangan kiri sedangakn ekornya tetap dipegang dengan tangan kanan kemudian tubuh mencit dibalikkan sehingga permukaan perut mengahadap ke kita dan ekor dijepit diantara jari manis dan kelingking tangan kanan.
2.    Cara pemberian obat pada hewan percobaan
a.    Oral
Pemberian secara oral pada mencit dilakukan dengan alat suntik yang dilengkapi jarum oral atau sonde oral (berujung tumpul). Cairan obat diberikan dengan menggunakan sonde oral, sonde oral ditempelkan pada langit-langit mulut atas mencit kemudian memasukkan perlahan-lahan sampai ke esophagus dan cairan obat dimasukkan. Sebaiknya sebelum memasukkan sonde oral , posisi kepala mencit adalah menengadah dan mulutnya dan mulutnya terbuka sedikit, sehingga sonde oral akan masuk secara lurus ke dalam tubuh mencit.
b.    Subkutan
Penyuntikkan dilakuakan di bawah kulit pada daerah tengkuk dicubit di antara jempol dan telunjuk. Bersihkan area kulit yang akan disuntik dengan alkohol 70%. Masukkan obat dengan mengguanakan alas suntik 1 ml secara pararel dari arah depan menembus kulit. Pemberian obat ini berhasil jika jarum suntik telah melewati kulit dan pada saat alat suntik ditekan, cairan yang berada di dalamnya dengan cepat masuk ke daerah bawah kulit.
c.    Intra muscular
Obat disuntikkan pada paha posterior dengan jarum suntik no.24.
d.   Intra peritoneal
Mencit dipegang dengan cara di atas, pada penyuntikkan posisi kepala lebih rendah dari abdomen. Jarum disuntikkan dengan sudut sekitar 100 dari abdomen pada daerah yang sedikit menepi dari garis tengah, agar jarum suntik tidak terkena kandung kemih dan tidak terlalu tinggi supaya tidak terkena penyuntikkan pada hati.
D.  Hasil Pengamatan

E.  Pembahasan
Yang pertama kita lakukan adalah memegang mencit dengan benar yaitu dengan mengangkat ujung ekor mencit dengan tangan kanan dan mengeluarkannya dari kandang dan mnyimpannya di tempat yang permukaannya kasar (misalnya rem kawat pada penutup kandang), kemudian menjinakkannya. Jangan sampai mencit stress dan ketakutan lalu mengelus-elus mencit dengan jari telunjuk tangan kiri, dan mengikuti terus arah pergerakan mencit. Kemudian setelah mencit tenang kita menarik kulit pada bagian tengkuk mencit dengan jari tengah dan ibu jari tangan kiri, dan tangan kanan memegang ekornya lalu membalikkan tubuh mencit sehingga menghadap ke atas dan menjepit ekor dengan kelingking dan jari manis tangan kiri. Pada percobaan ini ada salah satu mencit yang terlihat stres, hal itu ditandai dengan perubahan rambut mencit yang langsung mekar dan tubuhnya sangat bergetar. Mencit tersebut pun berubah menjadi liar dan galak.
Kemudian yang kita lakukan berikutnya yaitu pemberian obat pada mencit. Pemberian obat dilakukan pada 2 ekor mencit. Pemberian obat dilakukan secara bertahap, yaitu:
1.    Pemberian secara oral
2.    Pemberian secara subkutan
3.    Pemberian secara intra muscular
4.    Pemberian secara intra peritoneal
F.   Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan yang kami lakukan dalam pemberian obat pada hewan uji maka dapat ditarik kesimpulan bahwa sebelum kita melakukan penyuntikan pada mencit, mencit harus dalam keadaan tenang (tidak stress), karena pada saat stress mencit akan menjadi liar dan sulit untuk disuntik. Kemudian kita harus menguasai dan betul-betul serta memahami bagaimana cara menyuntik mencit dengan benar, yaitu memahami teknik pemberian obat secara oral, intra muscular, intra peritoneal dan subkutan.
G. Saran
 Saran untuk praktikum atau praktikan selanjutnya yaitu agar semua bahan yang diperlukan dalam melakukan praktikum ini hendaknya dilengkapi secepatnya. Selain itu, praktikan juga harus memperhatikan betul bagaimana cara-cara pemberian obat pada hewan uji (mencit) serta dipahami dengan baik supaya saat melakukan penyuntikkan tidak menyakiti hewan uji (mencit) tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Adnan dan Mu’nisa. 2013. Penuntun Praktikum Perkembangan Hewan. Makassar: Jurusan Biologi FMIPA UNM.

Ansel, Howard.C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Universitas Indonesia Press : Jakarta

Katzung, Bertram G. 2001. Farmakologi Dasar dan Klinik. Jakarta: Salemba Medika.

Wikipedia.2013. Mencit. http://id.wikipedia.org/wiki/Mencit. di akses pada tanggal 26 November 2013.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar