A.
Dasar Teori
Hewan mencit
atau Mus musculus adalah tikus rumah
biasa termasuk ke dalam ordo rodentia dan family muridae. Mencit dewasa biasa memiliki berat antara 25-40 gram dan mempunyai berbagai
macam warna. Mayoritas mencit laboratorium adalah strain albino
yang mempunyai bulu putih dan merah muda. Mencit merupakan hewan yang tidak
mempunyai kelenjar keringat, jantung terdiri atas empat ruang dengan dinding
atrium yang tipis dan dinding ventrikel yang lebih tebal. Dengan mengetahui sifat-sifat karakteristik hewan yang akan diuji
diharapkan lebih menyesuaikan dan tidak diperlakukan tidak wajar. Di dalam
dosis yang dipakai untuk penggunaan suatu obat harus sesuai dengan data
mengenai penggunaan dosis secara kuantitatif, dikarenakan bila obat itu
diaplikasikan kepada manusia dilakukan perbandiingan luas permukaan tubuh (Adnan dan Mu’nisa, 2013).
Klasifikasi Mencit atau Tikus Putih yaitu:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Class : Mamalia
Ordo : Rodentia
Famili : Muridae
Genus : Mus
Species : Mus musculus (Wikipedia, 2013).
Rute pemberian
obat ( Routes of Administration ) merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
efek obat, karena karakteristik lingkungan fisiologis anatomi dan biokimia yang
berbeda pada daerah kontak obat dan tubuh karakteristik ini berbeda karena
jumlah suplai darah yang berbeda; enzim-enzim dan getah-getah fisiologis yang
terdapat di lingkungan tersebut berbeda. Hal-hal ini menyebabkan bahwa jumlah
obat yang dapat mencapai lokasi kerjanya dalam waktu tertentu akan berbeda,
tergantung dari rute pemberian obat (Katzug, B.G, 2001).
Pemberian obat per oral merupakan
pemberian obat paling umum dilakukan karena relatif mudah dan praktis serta
murah. Kerugiannya ialah banyak faktor dapat mempengaruhi bioavailabilitasnya
(faktor obat, faktor penderita, interaksi dalam absorpsi di saluran cerna). Intinya absorpsi dari obat mempunyai sifat-sifat tersendiri. Beberapa
diantaranya dapat diabsorpsi dengan baik pada suatu cara penggunaan, sedangkan
yang lainnya tidak (Ansel, 1989).
Menurut Ansel (1989),mekanisme absorbsi obat dalam
berbagai rute pemberian, yaitu: 1) Rute Enteral yang terdiri dari oral,
sublingual, rektal dan pervaginam. 2) Rute Parental yang terdiri dari:
1.
Intravena, masuk melalui pembuluh darah balik (vena), memberikan efek
sistematik
2.
Intrakardia, menembus jantung, memberi efek sistemik
3.
Intrakutan, menembus kulit, memberi efek sistemik
4.
Subkutan,dibawah kulit, memberi efek sistemik
5.
Intramuskular, menembus otot daging, memberi efek sistemik
Faktor-faktor
lingkungan yang dapat mempengaruhi hasil percobaan ialah faktor internal dan
faktor eksternal, adapun faktor imternal yang dapat mempengaruhi hasil
percobaan meliputi variasi biologik (usia dan jenis kelamin) pada usia hewan
semakin muda maka semakin cepat reaksi yang ditimbulkan, ras, dan sifat
genetik, status kesehatan dan nutrisi, bobt tubuh dan luas permukaan tubuh.
Faktor eksternal yang dapat mempengaruhi hasil percobaan meliputi suplai
oksigen, pemeliharaan lingkungan fisiologik (keadaan kandang, suasana asing
atau baru, pengalaman hewan dalam penerimaan obat, keadaan ruangan tempat hidup
seperti suhu, kelembaban, ventilisasi, cahaya, kebisingan serta penempatan
hewan), pemeliharaan keutuhan struktur ketika menyiapkan jaringan atau organ
untuk percobaan (Adnan dan Mu’nisa, 2013).
Selain pemberian
topikal untuk mendapatkan efek lokal pada kulit atau membran mukosa, penggunaan
suatu obat hampir selalu melibatkan transfer obat ke dalam aliran darah.
Tetapi, meskipun tempat kerja obat tersebut berbeda-beda, namun bisa saja
terjadi absorpsi ke dalam aliran darah dan dapat menimbulkan efek yang tidak
diinginkan. Absorpsi ke dalam darah dipengaruhi secara bermakna oleh cara
pemberian (Katzug,
B.G, 2001).
Cara memegang hewan serta cara
penetuan jenis kelaminnya perlu pula diketahui. Cara memegang hewan dari
masing-masing jenis hewan adaah berbeda dan ditentukan oleh sifat hewan,
keadaan fisik (besar atau kecil) serta tujuannya. Kesalahan dalam caranya akan dapat
menyebabkan kecelakaan atau hips ataupun sakit bagi hewan (ini akan meyulitkan
dalam melakukan penyuntikkan atau pengambilan darah misalnya) dan juga bagi
orang yang memegangnya (Katzug, B.G, 2001).
B.
Tujuan Praktikum
Mahasiswa dapat mengetahui cara
pemberian obat pada hewan percobaan (mencit) dengan baik dan benar dengan cara
intra muscular, intra peritoneal, subkutan dan per oral.
C.
Prosedur Kerja
1. Cara memegang hewan percobaan sehingga siap diberi sediaan uji
Ujung ekor mencit diangkat dengan tangan kanan, meletakkan pada suatu
tempat yang permukaannya tidak licin (misal rem kawat pada penutup kandang),
sehingga bila ditarik mencit akan mencengkram lalu kulit pada bagian tengkuk
mencit dijepit daengan telunjuk dan ibu jari tangan kiri sedangakn ekornya
tetap dipegang dengan tangan kanan kemudian tubuh mencit dibalikkan sehingga
permukaan perut mengahadap ke kita dan ekor dijepit diantara jari manis dan
kelingking tangan kanan.
2. Cara pemberian obat pada hewan percobaan
a. Oral
Pemberian secara oral pada mencit dilakukan dengan alat suntik yang
dilengkapi jarum oral atau sonde oral (berujung tumpul). Cairan obat diberikan
dengan menggunakan sonde oral, sonde oral ditempelkan pada langit-langit mulut
atas mencit kemudian memasukkan perlahan-lahan sampai ke esophagus dan cairan
obat dimasukkan. Sebaiknya sebelum memasukkan sonde oral , posisi kepala mencit
adalah menengadah dan mulutnya dan mulutnya terbuka sedikit, sehingga sonde
oral akan masuk secara lurus ke dalam tubuh mencit.
b. Subkutan
Penyuntikkan dilakuakan di bawah kulit pada daerah tengkuk dicubit di
antara jempol dan telunjuk. Bersihkan area kulit yang akan disuntik dengan
alkohol 70%. Masukkan obat dengan mengguanakan alas suntik 1 ml secara pararel
dari arah depan menembus kulit. Pemberian obat ini berhasil jika jarum suntik
telah melewati kulit dan pada saat alat suntik ditekan, cairan yang berada di
dalamnya dengan cepat masuk ke daerah bawah kulit.
c. Intra muscular
Obat disuntikkan pada paha posterior dengan jarum suntik no.24.
d. Intra peritoneal
Mencit dipegang dengan cara di atas, pada penyuntikkan posisi kepala lebih
rendah dari abdomen. Jarum disuntikkan dengan sudut sekitar 100 dari
abdomen pada daerah yang sedikit menepi dari garis tengah, agar jarum suntik
tidak terkena kandung kemih dan tidak terlalu tinggi supaya tidak terkena
penyuntikkan pada hati.
D.
Hasil Pengamatan
E.
Pembahasan
Yang pertama kita lakukan adalah
memegang mencit dengan benar yaitu dengan mengangkat ujung ekor mencit dengan
tangan kanan dan mengeluarkannya dari kandang dan mnyimpannya di tempat yang
permukaannya kasar (misalnya rem kawat pada penutup kandang), kemudian
menjinakkannya. Jangan sampai mencit stress dan ketakutan lalu mengelus-elus
mencit dengan jari telunjuk tangan kiri, dan mengikuti terus arah pergerakan
mencit. Kemudian setelah mencit tenang kita menarik kulit pada bagian tengkuk mencit
dengan jari tengah dan ibu jari
tangan kiri, dan tangan
kanan memegang ekornya lalu membalikkan tubuh mencit sehingga menghadap ke atas dan menjepit
ekor dengan kelingking dan jari manis tangan kiri. Pada percobaan ini ada salah satu
mencit yang terlihat stres, hal itu ditandai dengan perubahan rambut mencit
yang langsung mekar dan tubuhnya sangat bergetar. Mencit tersebut pun berubah
menjadi liar dan galak.
Kemudian yang kita lakukan
berikutnya yaitu pemberian obat pada mencit. Pemberian obat dilakukan pada 2 ekor mencit. Pemberian
obat dilakukan secara bertahap, yaitu:
1.
Pemberian secara oral
2.
Pemberian secara subkutan
3.
Pemberian secara intra muscular
4.
Pemberian secara intra peritoneal
F.
Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan yang kami lakukan dalam pemberian obat pada hewan
uji maka dapat ditarik kesimpulan bahwa sebelum kita melakukan
penyuntikan pada mencit, mencit harus dalam keadaan tenang (tidak stress),
karena pada saat stress mencit akan menjadi liar dan sulit untuk disuntik.
Kemudian kita harus menguasai dan betul-betul serta memahami
bagaimana cara menyuntik mencit dengan benar, yaitu memahami
teknik pemberian obat secara oral, intra muscular, intra peritoneal dan
subkutan.
G.
Saran
Saran untuk praktikum atau
praktikan selanjutnya yaitu agar semua bahan yang diperlukan dalam melakukan
praktikum ini hendaknya dilengkapi secepatnya. Selain itu, praktikan juga harus
memperhatikan betul bagaimana cara-cara pemberian obat pada hewan uji (mencit)
serta dipahami dengan baik supaya saat melakukan penyuntikkan tidak menyakiti
hewan uji (mencit) tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Adnan dan Mu’nisa. 2013. Penuntun Praktikum
Perkembangan Hewan.
Makassar: Jurusan Biologi FMIPA UNM.
Ansel, Howard.C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Universitas Indonesia Press :
Jakarta
Katzung, Bertram G. 2001. Farmakologi Dasar dan Klinik. Jakarta: Salemba Medika.
Wikipedia.2013. Mencit. http://id.wikipedia.org/wiki/Mencit. di akses pada
tanggal 26 November 2013.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar