MAKALAH
“FILSAFAT
PENDIDIKAN”
Disusun oleh :
RUSDIANTO NURMAN
121 404 1002
Pendidikan
Biologi Kelas A
Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas
Negeri Makassar
2012/2013
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur
bagi Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmatnya sehingga penulis mampu
menyelesaikan tugas “Filsafat Pendidikan” ini. Tujuan pembuatan makalah ini
yakni sebagai tolak ukur kemanpuan dari penulis tentang pemahaman terhadap
aliran aliran filsafat dan ilmu filsafat.
Filsafat diakui sebagai
induk ilmu pengetahuan (the mother of science) yang mampu menjawab segala
pertanyaan dan permasalahan. Mulai dari masalah-masalah yang berhubungan dengan
alam semesta sampai masalah sosial yang ada dilingkungan masyarakat. Karena banyaknya
masalah yang harus dipecahkan maka lahirlah cabang ilmu pengetahuan lain yang
membantu menjawab segala macam permasalahan yang timbul.
Dalam makalah ini akan dibahas
mengenai “penerapan aliran filasafat ilmu pendidikan progresivisme dalam
pendidikan di indonesia”. Akhir kata tak ada gading yang tak retak,demikian
pula dengan makalah ini. Oleh karena itu,penulis mengharapkan saran dan kritik
yang membangun demi kesempurnaan makalah ini dan pembuatan makalah selanjutnya.
Makassar , 18 Desember
2012
Penulis,
Rusdianto Nurman
Daftar Isi
Halaman judul
Kata pengantar
Daftar isi
Bab I Pendahuluan
1. Latar Belakang
2. Rumusan Masalah
3. Tujuan Penulisan
Bab II Pembahasan
Bab III Penutup
1. Simpulan
2.
Saran
Daftar
Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Akal merupakan kelebihan yang dimiliki
manusia dari mahluk lain. Dari akal pula muncul berbagai ilmu pengetahuan,
karena pemikiran yang dilakukan akal bersumber pula dari ilmu-ilmu yang telah
ada. Dan dengan kemampuan rasio pula manusia dapat menjangkau jauh dari sesuatu
yang hanya terlihat (empiris), sesuatu di luar indera dan menemukan sebuah
kebenaran filsafat.
Sebagai
hasil dari pemikiran para filosuf, filsafat telah melahirkan berbagai macam
pandangan dan aliran yang berbeda-beda. Pandangan-pandangan filosuf itu ada
kalanya saling menguatkan dan ada juga yang saling berlawanan. Hal ini antara
lain disebabkan oleh pendekatan yang mereka pakai juga berbeda-beda walaupun
untuk objek dan masalah yang sama. Karena perbedaan dalam pendekatan itu, maka
kesimpulan yang didapat juga akan berbeda. Perbedaan pandangan filsafat
tersebut juga terjadi dalam pemikiran filsafat pendidikan, sehingga muncul
aliran-aliran filsafat pendidikan.
Filsafat
pendidikan adalah filsafat yang digunakan dalam studi mengenai masalah-masalah
pendidikan. Ada beberapa aliran filsafat pendidikan, dan yang akan Penulis
uraikan di sini adalah filsafat pendidikan progresivisme. Dalam pandangannya
progresivisme berpendapat tidak ada teorirealita yang umum. Pengalaman menurut
progresivisme bersifat dinamis dan temporal, menyela. tidak pernah sampai pada
yang paling ekstrem, serta pluralistis. Menurut progresivisme, nilai berkembang
terus karena adanya pengalaman-pengalaman baru antara individu dengan nilai
yang telah disimpan dalam kebudayaan. Belajar berfungsi untuk mempertinggi
taraf kehidupan sosial yang sangat kompleks. Kurikulum yang baik adalah
kurikulum yang eksperimental, yaitu kurikulum yang setiap waktu dapat
disesuaikan dengan kebutuhan.
B. Rumusan
Masalah
Ada pokok masalah yang akan penulis uraikan di
dalam makalah ini, antara lain :
1. Pengertian filsafat
pendidikan progresivisme.
2. Tokoh-tokoh
aliran filsafat progresivisme.
3. Pandangan
filsafat progresivisme
jika dijadikan sebagai acuan dalam pembentukan system pandidikan.
C. Tujuan
Penulisan
Dalam
penyusunan makalah ini, ada beberapa persoalan yang bertujuan untuk:
1.
Mahasiswa mampu memahami dan mengenal
apa itu filsafat pendidikan progresivisme.
2.
Agar mahasiswa mengetahui siapa sajakah
tokoh-tokoh aliran filsafat pendidikan progresivisme.
3.
Masiswa mampu mengetahui apa saja pandangan-pandangan
progresivisme
tentang
pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Filsafat Progresivisme
Progresivisme adalah suatu gerakan dan
perkumpulan yang didirikan pada tahun 1918. Aliran ini berpendapat bahwa
pengetahuan yang benar pada masa kini mungkin tidak benar di masa mendatang.
Pendidikan harus terpusat pada anak bukannya memfokuskan pada guru atau bidang
muatan. Progravisme mempunyai konsep yang didasari oleh pengetahuan dan
kepercayaan bahwa manusia itu mempunyai kemampuan-kemampuan yang wajar dan
dapat menghadapi dan mengatasi maslah- masalah yang bersifat menekan atau
mengancam adanya manusia itu sendiri.
Oleh karena kemajuan atau progres ini
menjadi suatu statemen progrevisme, maka beberapa ilmu pengetahuan yang mampu
menumbuhkan kemajuan dipandang merupakan bagian utama dari kebudayaan yang
meliputi ilmu-ilmu hayat, antropologi, psikologi dan ilmu alam. Menurut
progresivisme, nilai berkembang terus karena adanya pengalaman-pengalaman baru
antara individu dengan nilai yang telah disimpan dalam kebudayaan.
B. Tokoh-tokoh aliran
Filsafat Progresivisme
Ada beberapa tokoh progresivisme yang
berperan penting dalam mengembangkan aliran ini, antara lain :
1. William
James (1842 –1910)
William James seorang psychologist dan
seorang filosuf Amerika yang sangat terkenal. James juga dikenal sebagai pendiri Pragmatisme. James berkeyakinan
bahwa otak atau pikiran, seperti juga aspek dari eksistensi organik, harus
mempunyai fungsi biologis dan nilai kelanjutan hidup. Dan dia menegaskan agar
fungsi otak atau pikiran itu dipelajari sebagai bagian dari mata pelajaran
pokok dari ilmu pengetahuan alam. Buku karangannya yang berjudul Principles of
Psychology yang terbit tahun 1890 yang membahas dan mengembangkan ide-ide
tersebut, dengan cepat menjadi buku klasik dalam bidang itu, hal inilah yang
mengantar William James terkenal sebagai ahli filsafat Pragmatisme dan
Empirisme radikal.
2. John
Dewey (1859 - 1952)
John
Dewey adalah seorang profesor di universitas Chicago dan Columbia (Amerika).
Teori Dewey tentang sekolah adalah "Progressivism" yang lebih
menekankan pada anak didik dan minatnya daripada mata pelajarannya sendiri.
Maka muncullah "Child Centered Curiculum", dan "Child Centered
School". Progresivisme mempersiapkan anak masa kini dibanding masa depan
yang belum jelas, seperti yang diungkapkan Dewey dalam bukunya "My
Pedagogical Creed", bahwa pendidikan adalah proses dari kehidupan dan
bukan persiapan masa yang akan datang
Dewey
tidak hanya berpengaruh dalam kalangan ahli filsafat profesional, akan tetapi
juga karena perkembangan idenya yang fundamental dalam bidang ekonomi, hukum,
antropologi, teori politik dan ilmu jiwa.
3. Hans Vaihinger (1852-1933)
Hans
Vaihinger berpendapat bahwa tahu itu hanya mempunyai arti praktis. Persesuaian
dengan obyeknya tidak mungkin dibuktikan; satu-satunya ukuran bagi berpikir
ialah gunanya (dalam bahasa Yunani Pragma) untuk mempengaruhi kejadian-kejadian
di dunia. Segala pengertian itu sebenarnya buatan semata-mata; jika pengertian
itu berguna. untuk menguasai dunia, bolehlah dianggap benar, asal orang tahu
saja bahwa kebenaran ini tidak lain kecuali kekeliruan yang berguna saja.
C. Pandangan Filsafat
Progresivisme tentang Pendidikan
Dasar filosofis dari aliran progresivisme adalah Realisme
Spiritualistik dan Humanisme Baru. Realisme spiritualistik berkeyakinan bahwa
gerakan pendidikan progresif bersumber dari prinsip-prinsip spiritualistik dan
kreatif dari Froebel dan Montessori serta ilmu baru tentang perkembangan anak.
Sedangkan Humanisme baru menekankan pada penghargaan terhadap harkat dan
martabat manusia sebagai individu. Dengan demikian orientasinya
individualistik.
Ada beberapa pandangan filsafat progresivisme, antara lain :
1. Tujuan
Pendidikan
Tujuan pendidikan menurut pandangan aliran ini adalah
pendidikan harus memberikan keterampilan dan alat-alat yang bermanfaat untuk
berintraksi dengan lingkungan yang berada dalam proses perubahan secara terus menerus. Pendidikan
bertujuan agar peserta didik memilki kemampuan memecahkan berbagai masalah baru
dalam kehidupan pribadi maupun kehidupan sosial, atau dalam berinteraksi dengan
lingkungan sekitar yang berada dalam proses perubahan. Selain itu, pendidikan
juga bertujuan membantu peserta didik untuk menjadi warga negara yang
demokratis.
Proses
belajar mengajar terpusatkan pada prilaku dan disiplin diri. Tujuan keseluruhan pendidikan sendiri adalah melatih anak
agar kelak dapat bekerja, bekerja secara sistematis, mencintai kerja, dan
bekerja dengan otak dan hati. Untuk mencapai tujuan tersebut, pendidikan
harusnya merupakan pengembangan sepenuhnya bakat dan minat setiap anak. Agar
dapat bekerja siswa diharapkan memiliki keterampilan, alat dan pengalaman
sosial, dan memiliki pengalaman problem solving.
2. Kurikulum
Pendidikan
Kalangan
progresif menempatkan subjek didik pada titik sumbu sekolah (child-centered).
Mereka lalu berupaya mengembangkan kurikulum dan metode pengajaran yang berpangkal
pada kebutuhan, kepentingan, dan inisiatif subjek didik. Jadi, ketertarikan
anak adalah titik tolak bagi pengalaman belajar. Imam Barnadib menyatakan bahwa
kurikulum progresivisme adalah kurikulum yang tidak beku dan dapat direvisi,
sehingga yang cocok adalah kurikulum yang berpusat pada pengalaman.
Kurikulum
disusun dengan pengalaman siswa, baik pengalaman pribadi maupun pengalaman
sosial, selain sosial sering dijadikan pusat pelajaran yang digunakan dalam
pengalaman-pengalaman siswa dan dalam pemecahan masalah serta dalam kegiatan
proyek.
Kurikulum
dikatakan baik apabila bersifat fleksibel dan eksperimental (pengalaman) dan
memiliki keuntungan-keuntungan untuk diperiksa setiap saat. Sikap
progressvisme, memandang segala sesuatu berasaskan fleksibilitas, dinamika dan
sifat-sifat yang sejenis, tercermin dalam pandangannya mengenai kurikulum
sebagai pengalaman yang edukatif, bersifat eksperimental dan adanya rencana dan
susunan yang teratur. Menurut Progresivisme, Kurikulum
hendaknya :
a. Tidak universal
melainkan berbeda-beda sesuai dengan kondisi yang ada.
b. Disesuaikan
dengan sifat-sifat peserta didik (minat, bakat, dan kebutuhan setiap peserta
didik) atau chil centered.
c. Berbasis pada
masyarakat.
d. Bersifat
fleksibel dan dapat berubah atau direvisi.
3. Metode
Pendidikan
Metode
pendidikan yang biasanya dipergunakan oleh aliran progresivisme diantaranya
adalah :
a. Metode Pendidikan Aktif, Pendidikan
progresif lebih berupa penyediaan lingkungan dan fasilitas yang memungkinkan
berlangsungnya proses belajar secara bebas pada setiap anak untuk mengembangkan
bakat dan minatnya.
b. Metode Memonitor Kegiatan Belajar,
Mengikuti proses kegiatan anak belajar sendiri, sambil memberikan
bantuan-bantuan apabila diperlukan yang sifatnya memperlancar berlangsung
kegiatan belajar tersebut.
c. Metode
Penelitian Ilmiah, Pendidikan progresif merintis digunakannya metode penelitian
ilmiah yang tertuju pada penyusunan konsep.
d. Pemerintahan
Pelajar, Pendidikan progresif memperkenalkan pemerintahan pelejar dalam kehidupan
sekolah dalam rangka demokratisasi dalam kehidupan sekolah.
e. Kerjasama
Sekolah Dengan Keluarga, Pendidikan Progresif mengupayakan adanya kerjasama
antara sekolah dengan keluarga dalam rangka menciptakan kesempatan yang
seluas-luasnya bagi anak untuk mengekspresikan secara alamiah semua minat dan
kegiatan yang diperlukan anak.
f. Sekolah Sebagai Laboratorium
Pembaharuan Pendidikan, Sekolah tidak hanya tempat untuk belajar, tetapi
berperanan pula sebagai laboratoriun dan pengembangan gagasan baru pendidikan.
4. Pendidikan
Progrisivisme di dasarkan pada keyakinan bahwa pendidikan
harus terpusat pada anak bukanlah memfokuskan pada guru atau
a. Pendidikan seharusnya adalah hidup itu
sendiri, bukan persiapan untuk
kehidupan.
b. Belajar harus
langsung berhubungan dengan minat anak.
c. Belajar melalui
pemecahan masalah hendaknya diutamakan daripada pemberian bahan pelajaran.
d. Guru berperan sebagai pemberi advise,
bukan untuk mengarahkan.
e. Sekolah harus menggerakkan kerjasama
daripada kompetensi.
f. Demokrasilah satu-satunya yang memberi
tempat dan menggerakkan pribadi-pribadi saling tukar menukar ide secara bebas,
yang
diperlukan untuk pertumbuhan sesungguhnya.
5. Pelajar
Kaum progresif menganggap subjek-subjek didik adalah
aktif, bukan pasif, sekolah adalah dunia kecil (miniatur) masyarakat besar,
aktifitas ruang kelas difokuskan pada praktik pemecahan masalah, serta atmosfer
sekolah diarahkan pada situasi yang kooperatif dan demokratis. Mereka menganut
prinsip pendidikan perpusat pada anak (child-centered). Mereka menganggap bahwa
anak itu unik. Anak adalah anak yang sangat berbeda dengan orang dewasa. Anak
mempunyai alur pemikiran sendiri, mempunyai keinginan sendiri, mempunyai
harapan-harapan dan kecemasan sendiri yang berbeda dengan orang dewasa.
6. Pengajar (guru)
Guru dalam
melakukan tugasnya mempunyai peranan sebagai :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar